pengobatan kanker yang paling sulit itu memperbaiki mentalnyaJakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah onkologi dr. Walta Gautama Said Tehuwayo, Sp.B(K)Onk mengatakan siapapun bisa bisa menjadi caregiver atau pendamping bagi pasien kanker, asal dia mau merawat dengan sepenuh hati.
"Untuk menjadi caregiver, siapa saja bisa. Tapi, harus dengan hati karena memang melayani pasien kanker apalagi yang sudah stadium lanjut itu tidak mudah," kata Walta dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Rabu.
Dokter yang merupakan alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menjelaskan bahwa caregiver bertugas membantu kehidupan sehari-hari pasien kanker, baik pasien yang baru memasuki stadium awal maupun pasien yang sudah stadium lanjut.
Untuk menjadi caregiver pasien kanker, Walta mengatakan seseorang harus sudah tahu apa yang akan dihadapi dan memahami betul kondisi pasien yang akan dia rawat, tak hanya kondisi fisik tapi juga mental.
"Secara garis besar, permasalahan nomor satu adalah masalah mental. Pasien kanker tidak hanya stadium empat, stadium satu, dua, tiga juga sama. Mereka biasanya mengalami mental breakdown," tutur Walta.
Baca juga: Pendamping seperti apa yang dibutuhkan pasien kanker?
Baca juga: Kondisi yang mungkinkan pasien kanker dirawat di rumah
Menurut dia, setiap orang yang divonis menderita kanker, yang paling terpengaruh adalah mentalnya sehingga kehidupan sehari-harinya terganggu. "Makanya, pengobatan kanker yang paling sulit itu memperbaiki mentalnya," lanjut dia.
Walta juga mengatakan, caregiver harus menjadi orang yang paling tahu kondisi pasien. Tujuannya, agar dia memiliki gambaran tentang apa yang harus dilakukan jika pasien mengalami kondisi-kondisi tertentu.
"Misalnya, pasien kanker dengan luka pendarahan, atau dengan bau. Caregiver harus tahu bagaimana caranya menangani lukanya, membersihkan lukanya, menangani baunya. Sehingga, saat baunya tertangani, pasien akan merasa lebih baik karena dia tidak merasa mengganggu orang lain," jelasnya.
"Selain itu ada beberapa kasus pasien sulit mobilisasi sehingga butuh bantuan orang lain seperti untuk jalan, duduk, bahkan berubah posisi. Umumnya terjadi pada pasien kanker payudara stadium lanjut dengan metastasis tulang," sambungnya.
Baca juga: Begini perawatan yang dapat dilakukan pada orang dengan demensia
Baca juga: Pengasuh perlu pahami masalah kulit yang kerap dialami lansia
Ia melanjutkan, caregiver juga mungkin akan menghadapi saat-saat di mana pasien sulit makan dan gampang muntah, sehingga dia harus pandai mencari cara agar asupan nutrisi pasien bisa tetap terpenuhi sepanjang hari.
Oleh karena itu, Walta mengatakan bahwa untuk menjadi caregiver, seseorang harus menguasai ilmu mengenai perawatan pasien kanker baik dengan membaca buku maupun bertanya kepada ahli. Selain itu, caregiver juga harus menjaga kesehatan mentalnya agar bisa terus merawat pasien dengan baik.
"Di sini pasien juga harus belajar berterima kasih karena orang yang mendampinginya itu butuh kesabaran ekstra. Kalau misalnya kita sudah dibantu dia lalu dia kita omelin, apakah next time dia akan berbuat manis? Kan tentu tidak. Sebaliknya kalau setiap dibantu mengucapkan terima kasih, pasti yang memberikan bantuan akan senang," tambah Walta.
"Jadi harus sama-sama happy. Pasien happy, caregiver happy. Saya (caregiver) membantu Anda (pasien), Anda (pasien) juga membantu saya (caregiver)," pungkasnya.
Baca juga: Bukan hanya pengobatan, pasien kanker juga butuh dukungan mental
Ia melanjutkan, caregiver juga mungkin akan menghadapi saat-saat di mana pasien sulit makan dan gampang muntah, sehingga dia harus pandai mencari cara agar asupan nutrisi pasien bisa tetap terpenuhi sepanjang hari.
Oleh karena itu, Walta mengatakan bahwa untuk menjadi caregiver, seseorang harus menguasai ilmu mengenai perawatan pasien kanker baik dengan membaca buku maupun bertanya kepada ahli. Selain itu, caregiver juga harus menjaga kesehatan mentalnya agar bisa terus merawat pasien dengan baik.
"Di sini pasien juga harus belajar berterima kasih karena orang yang mendampinginya itu butuh kesabaran ekstra. Kalau misalnya kita sudah dibantu dia lalu dia kita omelin, apakah next time dia akan berbuat manis? Kan tentu tidak. Sebaliknya kalau setiap dibantu mengucapkan terima kasih, pasti yang memberikan bantuan akan senang," tambah Walta.
"Jadi harus sama-sama happy. Pasien happy, caregiver happy. Saya (caregiver) membantu Anda (pasien), Anda (pasien) juga membantu saya (caregiver)," pungkasnya.
Baca juga: Bukan hanya pengobatan, pasien kanker juga butuh dukungan mental
Baca juga: TKI siap ramaikan persaingan "caregiver" Hong Kong
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022