Jakarta (ANTARA) - Pengamat film sekaligus Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan menilai adanya ruang dan wahana baru untuk menikmati karya audio-visual merupakan bagian yang sangat penting bagi ekosistem perfilman maupun kesenian.
"Mari kita manfaatkan dan gunakan (ruang dan wahana baru) untuk berkolaborasi, untuk membangun ekosistem kesenian dan perfilman yang lebih baik, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah lain," kata Hikmat saat dijumpai di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Festival Film Madani bawa keberagaman budaya Muslim dalam tema "Ufuk"
Menurut Hikmat, hal ini seiring dengan pandemi yang memaksa para pekerja di industri film untuk beradaptasi mencari media baru guna menghadirkan karya seni mereka kepada masyarakat.
Tak hanya membatasi mobilitas untuk bersua dan memproduksi film secara fisik dengan melibatkan kru yang sedikit, pandemi juga sempat membuat pecinta film bersabar karena adanya larangan untuk ke bioskop. Hal inilah yang menciptakan ruang pamer baru bagi film, dan menurut Hikmat, pengalaman menonton film pun menjadi lebih beragam.
"Kami belajar bahwa pengalaman menonton itu berharga dalam berbagai lapisannya. Kita tidak bisa lagi menganggap remeh wahana baru itu. Ada hal-hal yang bisa dilakukan, dan ada kesenangan tersendiri di setiap media baru tersebut," ujar dia.
Baca juga: Pentingnya kerja sama multipihak untuk wujudkan PP 24/2022
Ia mencontohkan kehadiran Kineforum, yang dulu sempat "tiada" karena pandemi dan revitalisasi. Kineforum sendiri adalah bioskop pertama di Jakarta yang menawarkan ragam program meliputi film klasik Indonesia dan karya para pembuat film kontemporer.
"Sekian lama kami sempat harus bertransformasi dengan kehilangan ruang fisik karena revitalisasi. Namun sekarang, kita bisa berkolaborasi dengan media atau wahana mana pun, termasuk dunia maya seperti penayangan film secara daring atau istilahnya bioskop online," kata Hikmat.
"Sekarang, Kineforum memiliki satu lantai dan dua teater, dan diharapkan pula itu bisa menjadi ruang produksi pengetahuan, baik tentang film maupun hal-hal lainnya," ujarnya menambahkan.
Tak hanya itu, Hikmat juga memberikan contoh bahwa kini penayangan film dengan konsep "layar tancap" kembali eksis dan digemari oleh masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut dia, pengalaman menonton yang beraneka ragam inilah satu dari sekian banyak keajaiban sinema -- yang mampu mempersatukan banyak individu melalui sebuah karya.
"Kehadirannya masih relevan dan dibutuhkan. Karena itu bisa membuat film menjadi karya, hiburan yang dapat diakses oleh semua orang," kata dia.
Baca juga: DKJ tetapkan panduan kurasi kegiatan seni di Taman Ismail Marzuki
Baca juga: DKJ siapkan Pameran Arsip dan Koleksi Seni di Taman Ismail Marzuki
Baca juga: DKJ: Masyarakat berperan hidupkan ekosistem perfilman
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022