Menurut hemat saya, ini seperti 'five star hotel', baik sekali, tidak kalah dengan bandara-bandara seperti saya (pernah) pergi ke Korea, Eropa, Jepang, Singapura, ruang 'VVIP-nya' ini jauh lebih baik.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa ruang tunggu naratetama (VVIP) di Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Jakarta sudah memiliki kelas hotel bintang lima.
"Menurut hemat saya, ini seperti 'five star hotel', baik sekali, tidak kalah dengan bandara-bandara seperti saya (pernah) pergi ke Korea, Eropa, Jepang, Singapura, ruang 'VVIP-nya' ini jauh lebih baik," kata Budi Karya di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Rabu.
Pada Rabu, Presiden Joko Widodo meresmikan revitalisasi fasilitas yang ada di Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Lanud)/Bandar Udara (Bandara) Halim Perdanakusuma.
Baca juga: Presiden resmikan renovasi fasilitas Lanud/Bandara Halim Perdanakusuma
Budi Karya mengaku mendapat waktu 6 bulan untuk melakukan revitalisasi fasilitas di Lanud dan Bandara Halim Perdanakusuma mulai dari revitalisasi landas pacu, tata air hingga gedung VVIP untuk menerima tamu-tamu negara.
"Sekadar informasi, kalau ada tamu negara maka kami harus melakukan 'treatment khusus' kepada pergerakan 'take off' dan 'landing', ada satu jam yang harus berhenti di bandara itu. Bagaimana kalau frekuensi dari tamu negara atau VVIP kita ada di Soekarno-Hatta? Maka pergerakan di Soekarno Hatta akan terganggu," ungkap Budi Karya.
Apalagi dilihat dari sisi keamanan, Lanud Halim Perdanakusuma dinilai sebagai tempat yang paling aman untuk menerima tamu-tamu negara.
"Jadi banyak pertimbangannya, dan arahan Pak Presiden perlakukan Halim sama atau lebih baik dari bandara lain yang ada di Indonesia," tambah Budi Karya.
Baca juga: Lanud Halim direvitalisasi, TNI AU pindahkan empat skuadron udara
Terlebih lagi, Indonesia saat ini menjadi tuan rumah gelaran G20 dan mulai Oktober hingga November 2022 akan banyak menerima tamu negara, termasuk kepala negara maupun pemerintahan negara-negara lain.
"Ini untuk G20 dan juga seterusnya, kan Pak Presiden, Pak Wakil Presiden itu kan rutin lewat sini. Nah bayangkan kalau Pak Presiden secara bergantian 3 hari seminggu lewat sini berarti kan empat kali 2 VVIP kita," ungkap Budi Karya.
Bila Presiden dan Wapres menggunakan Bandara Soekarno-Hatta maka butuh pengkhususan selama 4 jam bagi jalur udara sedangkan dalam satu jam penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta setidaknya ada 86 penerbangan.
"Jadi ada 4 x 86 pergerakan yang tertunda, kira-kira hampir 350. Tentu satu sisi untuk VVIP-nya kurang 'convenient' (nyaman) atau kurang 'safety' (aman), bagi masyarakat umum ya layanannya menjadi turun, harus menunggu satu jam. Kalau sekarang VVIP katakanlah satu minggu sekali, Pak Presiden dan Pak Wapres 4 kali atau total jadi 8 kali," tambah Budi Karya.
Apalagi dengan perbaikan landas pacu Lanud Halim Perdanakusuma dapat menampung pesawat berbadan besar termasuk Boeing 777.
"Pasti lebih aman di sini dan kita sudah perhitungkan ruang udaranya, sudah kita perhitungkan semua," ungkap Budi Karya.
Baca juga: Menhub dukung percepatan transisi kendaraan listrik dari sepeda motor
Presiden Jokowi pada 19 Januari 2022 menandatangani Peraturan Presiden RI (Perpres) No 9 tahun 2022 tentang Revitalisasi Fasilitas Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara/Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
Isi Perpres tersebut adalah menunjuk langsung tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, dan PT Indah Karya (Persero) untuk melakukan revitalisasi fasilitas di Pangkalan TNI AU dan Bandara Halim Perdanakusuma.
Tugas revitalisasi itu meliputi: (1) penyehatan landas pacu (runway) dan landas hubung (taxiway), (2) peningkatan kapasitas landas parkir (apron) pesawat udara naratetama (VVIP) dan naratama (VIP); (3) renovasi gedung naratetama dan naratama; (4) renovasi bangunan operasi; (5) perbaikan sistem drainase di dalam pangkalan udara/ bandar udara; dan (6) penataan fasilitas lain yang perlu disesuaikan akibat pekerjaan revitalisasi.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022