Wina/London (ANTARA) - OPEC+ tampaknya akan memangkas produksi minyak dalam jumlah besar ketika bertemu pada Rabu, membatasi pasokan di pasar yang sudah ketat meskipun ada tekanan dari Amerika Serikat dan negara-negara konsumen lainnya untuk memompa lebih banyak.

Potensi pemotongan OPEC+ dapat memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar 90 dolar AS dari 120 dolar AS tiga bulan lalu karena kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS, dan dolar yang lebih kuat.

OPEC+, yang mencakup Arab Saudi dan Rusia, sedang mengupayakan pengurangan lebih dari 1 juta barel per hari, sumber mengatakan kepada Reuters minggu ini. Satu sumber OPEC mengatakan pada Selasa (4/10/2022) bahwa pemotongan bisa mencapai hingga 2 juta barel per hari.

Sumber mengatakan masih belum jelas apakah pengurangan dapat mencakup pemotongan sukarela tambahan oleh anggota seperti Arab Saudi atau jika pemotongan dapat mencakup produksi yang ada di bawah kelompok.

OPEC telah mengurangi produksi lebih dari 3 juta barel per hari dan dimasukkannya barel tersebut akan melemahkan dampak pemotongan baru.

"Harga minyak yang lebih tinggi, jika didorong oleh pengurangan produksi yang cukup besar, kemungkinan akan mengganggu pemerintah Biden menjelang pemilihan paruh waktu AS," kata analis Citi dalam sebuah catatan.

"Mungkin ada reaksi politik lebih lanjut dari AS, termasuk rilis tambahan persediaan strategis bersama dengan beberapa wildcard termasuk pembinaan lebih lanjut dari RUU NOPEC," kata Citi mengacu pada RUU anti-trust AS terhadap OPEC.

Arab Saudi dan anggota lain dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu (OPEC+) mengatakan mereka berusaha untuk mencegah volatilitas daripada menargetkan harga minyak tertentu.

Pada Selasa (4/10/2022), patokan internasional minyak mentah Brent naik 3,0 persen di atas 91 dolar AS per barel.

Barat menuduh Rusia mempersenjatai energi karena Eropa menderita krisis energi yang parah dan mungkin menghadapi penjatahan gas dan listrik musim dingin ini sebagai pukulan bagi industrinya.

Moskow menuduh Barat mempersenjatai dolar dan sistem keuangan seperti SWIFT sebagai pembalasan atas pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari. Barat menuduh Moskow menginvasi Ukraina sementara Rusia menyebutnya operasi militer khusus.

Rusia telah menjadi bagian dari klub OPEC+ sejak 2016. Kelompok tersebut telah memangkas dan meningkatkan produksi untuk mengelola pasar minyak, tetapi jarang melakukan pemotongan ketika pasar sedang ketat.

Pemotongan yang signifikan kemungkinan akan membuat marah Amerika Serikat, yang telah menekan Arab Saudi untuk memompa lebih banyak guna menekan harga minyak dan mengurangi pendapatan bagi Rusia.

Arab Saudi tidak mengutuk tindakan Moskow dan hubungan yang tegang antara kerajaan dan pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal untuk mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat di bidang energi.

Baca juga: Harga minyak melonjak lebih dari tiga persen jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Minyak naik di Asia jelang pertemuan OPEC+ bahas pengurangan pasokan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022