Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko takziah kepada keluarga korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang merupakan warga setempat dengan didampingi Baznas dan sejumlah pejabat pemerintah daerah setempat, Selasa.

Takziah diawali di kediaman keluarga almarhum Abian Haziq Rifqi di Kelurahan Kandangjati Kulon, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo berlanjut ke kediaman keluarga almarhum Moh. Kindi Arrumi Purnama di Desa Besuk Kidul, Kecamatan Besuk, sedangkan sorenya ke kediaman keluarga almarhum Riski Dwi Yulianto di Desa Maron Wetan, Kecamatan Maron.

"Dengan adanya tragedi Kanjuruhan, Malang itu harus bisa mengelola fanatisme dan lain sebagainya. Bagaimana pembinaan yang dilakukan bukan hanya kepada pesepakbolanya saja, tetapi juga suporternya," kata Timbul Prihanjoko.

Menurutnya, olahraga sepakbola itu betul-betul dapat disajikan agar bisa enak ditonton dan memberikan pembinaan kepada suporter bahwa di dalam pertandingan olahraga itu ada yang kalah dan menang.

"Kami bersama-sama mengunjungi seluruh keluarga korban tragedi Kanjuruhan, Malang. Kami sama-sama merasakan duka karena korbannya adalah anak-anak muda yang menjadi harapan bangsa," tuturnya.

Baca juga: KIP meminta badan publik beri informasi serta-merta tragedi Kanjuruhan

Ia berharap, tragedi Kanjuruhan harus diambil hikmahnya oleh semua pihak agar tidak terulang kembali dan para generasi muda tidak meninggal sia-sia.

"Saya berpesan kepada keluarga korban bahwa kejadian itu memang sudah takdir dari Allah SWT. Harapan kami bagaimana orang tua untuk bisa menyadari. Insyaallah semua keluarga sudah menerima bahwa itu memang sudah takdir," katanya.

Wabup Timbul juga menyerahkan santunan dan bantuan sembako kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang berasal dari sejumlah OPD (Organisasi Perangkat Daerah) di lingkungan Pemkab Probolinggo dan Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) Kabupaten Probolinggo.

"Pemberian bantuan berupa santunan dan sembako itu sebagai ucapan rasa duka yang mendalam atas meninggalnya ketiga orang suporter Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang asal Kabupaten Probolinggo," ujarnya.

Dalam setiap kunjungan, terlebih dahulu dilakukan pembacaan tahlil dan doa bersama yang ditujukan kepada almarhum agar diterima semua amal baiknya dan diampuni segala khilaf oleh Allah SWT.

Baca juga: Kompolnas sebut tim masih telusuri perintah penggunaan gas air mata

Ayah almarhum Moh Kindi Arrumi Purnama, Subadri, mengaku kehilangan anak pertamanya, apalagi anaknya tersebut sudah mulai dari SD mencintai sepakbola dan Arema FC dengan luar biasa.

"Saya berharap dengan segala hormat bahwa kejadian itu yang terakhir dan jangan terulang lagi karena yang menjadi korban adalah anak-anak yang masih produktif dan usia remaja yang merupakan aset bangsa," katanya.

Ia menceritakan bahwa anaknya berangkat ke Malang bergabung dengan teman-temannya sebanyak delapan orang dengan menyewa mobil dan sewaktu kejadian, anaknya terkena gas air mata dan tidak bisa melihat apa-apa.

"Sama teman-temannya kemudian dipegang sampai pintu keluar, namun karena banyaknya orang, pegangannya lepas dan tidak bisa dicari lagi. Hingga akhirnya ditemukan sudah meninggal dunia," ujarnya.

Baca juga: Menpora jamin TGIPF bekerja profesional dan transparan
Baca juga: Gus Yahya ajak percayakan pengusutan tragedi Kanjuruhan pada TGIPF
Baca juga: Jumlah korban jiwa tragedi Kanjuruhan Malang menjadi 131 orang

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022