Setiap personel kepolisian juga harus menerapkan konsep kepemimpinan melayan.
Jakarta (ANTARA) - Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo menyerukan reformasi kultural Polri di hadapan 2.123 perwira polisi lulusan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) Angkatan Ke-51.
Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo berharap seluruh lulusan menjadi agen penggerak guna mengembalikan kepercayaan publik terhadap Korps Bhayangkara.
"Guna meningkatkan kepercayaan publik, rekan-rekan harus menjadi agen penggerak reformasi kultural Polri. Saya memahami bahwa untuk melakukan hal tersebut tidaklah mudah. Kendati demikian, harus dilakukan demi kebaikan institusi Polri yang dicintai," kata Sigit dalam amanatnya dikutip melalui keterangan tertulis Divisi Humas Polri yang diterima di Jakarta, Selasa.
Sigit Prabowo mengatakan bahwa kepercayaan publik merupakan kunci utama dan harga mati bagi institusi Polri dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat.
Seperti yang diamanatkan Presiden Joko Widodo bahwa agar citra Polri terus dijaga. Jangan sampai menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri.
Menurut Sigit, apabila kepercayaan publik terhadap Polri tinggi, tentunya setiap upaya pemolisian akan lebih efektif karena mendapat dukungan penuh dari masyarakat.
"Sebaliknya, apabila kepercayaan publik rendah, apa pun tindakan Polri akan selalu kurang di mata publik," ujarnya.
Terkait dengan reformasi kultural Polri itu, Sigit menyebutkan ada dua pendekatan yang harus dilakukan anggotanya, yakni melalui pendekatan rule based definition dengan seperangkat aturan dan koridor hukum.
Kedua, melalui pendekatan value based definition, yaitu pembatasan berdasarkan nilai-nilai dan etika, termasuk Tribrata maupun Catur Prasetya.
Menurut dia, upaya reformasi kultural tentunya juga harus diiringi dengan pengembangan SDM Polri yang unggul.
Baca juga: Mahfud MD dorong Polri lakukan reformasi kultural
Baca juga: Tiga belas kiat reformasi kultural Polri
"Untuk itu, rekan-rekan harus terus mengembangkan tiga kompetensi, baik kompetensi leadership (kepemimpinan), teknis, maupun etika," ujarnya.
Mantan Kabareskrim Polri itu menyebutkan setiap personel kepolisian juga harus menerapkan konsep kepemimpinan melayani sebagaimana teori Servant Leadership dengan menjadi teladan dan menempatkan anggota serta masyarakat sebagai prioritas utama.
Tidak hanya itu, kata dia, polisi harus melakukan pengawasan secara melekat dan memberikan motivasi kepada anggota untuk membiasakan diri untuk berbuat baik serta terjun langsung ke lapangan guna mendengar secara langsung keluhan dan aspirasi dari masyarakat luas.
Mantan Kadiv Propam Polri itu juga mengingatkan apabila anggota polisi mendapat kritik dari masyarakat, hendaknya menjadi bahan evaluasi, sesuai dengan komitmen Polri untuk menjadi institusi yang tidak antikritik dan modern.
"Fakta adanya kritik merupakan bukti nyata kecintaan masyarakat terhadap Polri agar menjadi lebih baik," kata Sigit menegaskan.
Tak lupa, Sigit juga meminta kepada seluruh perwira Polri SIP untuk tidak melupakan serta menanamkan konsep growth mindset, yaitu pola pikir untuk selalu mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik sehingga memiliki tingkat resiliensi yang tinggi.
"Apabila hal ini dilakukan, setiap upaya pemolisian yang rekan-rekan lakukan dapat lebih adaptif guna mengatasi berbagai permasalahan di lapangan," kata Sigit.
Amanat ini disampaikan Kapolri dalam upacara penutupan pendidikan dan pelatihan Perwira Polri Sekolah Inspektur Polisi (SIP) Angkatan Ke-51, Resimen Satya Intar Adinata Pratapa, di Sukabumi, Jawa Barat, Senin (3/10).
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022