Riyadh (ANTARA) - Resesi global dapat dihindari jika kebijakan fiskal pemerintah konsisten dengan pengetatan kebijakan moneter, tetapi kemungkinan akan ada negara-negara yang jatuh ke dalam resesi tahun depan, direktur pelaksana Dana Moneter Internasional mengatakan Senin (3/10/2022).
Dalam konteks pengetatan kebijakan moneter, kebijakan fiskal tidak bisa tinggal diam karena krisis biaya hidup menghantam sebagian masyarakat secara dramatis, kata Kristalina Georgieva.
"Kami memang membutuhkan bank sentral untuk bertindak tegas. Mengapa, karena inflasi sangat keras kepala... Ini buruk untuk pertumbuhan dan sangat buruk bagi orang miskin. Inflasi adalah pajak bagi orang miskin," kata Georgieva kepada Reuters dalam sebuah wawancara selama kunjungan ke Arab Saudi.
Dia menambahkan kebijakan fiskal yang tanpa pandang bulu mendukung semua orang dengan menekan harga energi dan memberikan subsidi bertentangan dengan tujuan kebijakan moneter.
"Jadi, Anda memiliki kebijakan moneter yang menginjak rem dan kebijakan fiskal yang menginjak akselerator," katanya, setelah mengambil bagian dalam konferensi tentang ketahanan pangan di ibu kota Saudi, Riyadh.
Pemerintah di seluruh dunia telah melangkah untuk mendukung populasi mereka di tengah inflasi dan kekurangan pangan yang tinggi dengan mengikuti kenaikan suku bunga Federal Reserve AS, mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar keuangan dan ekonomi.
Sebelumnya pada Senin, sebuah badan PBB memperingatkan konsekuensi serius dari resesi global yang disebabkan oleh kebijakan moneter bagi negara-negara berkembang. Lembaga ini menyerukan strategi baru, termasuk pajak rejeki nomplok (windfall taxes) perusahaan, upaya sisi penawaran dan regulasi spekulasi komoditas.
Georgieva meminta The Fed untuk sangat berhati-hati dalam kebijakannya dan memperhatikan dampak limpahan ke seluruh dunia, menambahkan tanggung jawabnya "sangat tinggi."
IMF melihat pasar tenaga kerja di Amerika Serikat masih cukup ketat, permintaan masih cukup signifikan untuk barang dan jasa dan The Fed harus melanjutkan pengetatan di lingkungan itu, katanya.
"Kami kemungkinan akan melihat ... pengangguran naik dan itu akan menjadi waktu bagi The Fed untuk mengatakan bahwa kami telah melakukan pekerjaan kami. Kami dapat mengurangi di masa depan. Kami belum sampai di sana."
IMF pada Jumat (30/9/2022) menyetujui jendela pinjaman kejutan pangan baru di bawah instrumen pembiayaan darurat yang ada untuk membantu negara-negara rentan mengatasi kekurangan pangan dan biaya tinggi yang berasal dari inflasi yang diperburuk oleh perang Rusia di Ukraina.
Georgieva mengatakan antara 10 dan 20 negara - kebanyakan dari mereka di Afrika - kemungkinan akan meminta akses di jendela dan memenuhi syarat untuk menerima dana.
Baca juga: Ketua IMF: Kemungkinan resesi global tak dapat dikesampingkan
Baca juga: IMF akan perluas pembiayaan darurat buat negara terdampak harga pangan
Baca juga: Ketua IMF: "Sedikit sakit" mungkin diperlukan untuk melawan inflasi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022