Roma (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Sepakbola Italia menyerukan telah terjadi perubahan budaya seputar olahraga favorit Italia dimana para pendukung sepakbola menyerang dengan kata-kata dan secara fisik terhadap para pemain Inter Milan, saat mereka pulang setelah menang 2-1 dalam pertandingan tandang Seri-A atas saingannya, Ascoli, akhir pekan lalu. "Ini merupakan episode kebiadaban, tidak dapat diterima, dan tindak kekerasan bodoh yang dibakar oleh histeria di kalangan sepakbola di Italia," kata Sergio Campana kepada Radio Anch`io, Senin. "Kita memerlukan revolusi budaya - Kita perlu belajar pada kekalahan yang menyedihkan. Tetapi, saya yakin hal tersebut akan memerlukan waktu satu generasi." Insiden terakhir yang menodai citra sepakbola Italia tersebut terjadi beberpa jam menjelang hari Minggu ketika tim tersebut keluar dari gedung terminal di Bandar Udara Malpensa, Milan, tempat mereka bertemu dengan sekitar 50 orang penggemar sepakbola, yang merasa marah karena tim tersebut disingkirkan dari Liga Champions oleh Villareal pekan lalu. Sebagian besar massa itu membatasi diri untuk melakukan penghinaan, tetapi situasi memburuk di tempat parkir mobil, dimana Kapten Javier Zanetti dan gelandang trengah Cristinao Zanetti didorong dan ditendang oleh sekelompok kecil sebelum polisi turun tangan, untuk memungkinkan mereka sampai di mobil mereka dan pergi meninggalkan massa yang marah itu. Tidak ada pemain yang mengalami luka serius. "Kami berbicara tentang hal tersebut sekarang ini karena korbannya adalah para pemin sepakbola Inter, tetapi meletusnya tindak kekerasan sering terjadi, terutama di Seri-C (divisi tiga Italia) dan, maaf saya mengatakannya, di lapangan-lapangan di Italia bagian selatan," kata Campana. "Serangan terjadi di luar stadion, di kamar ganti pakaian, pemberhentian bus saat mereka pulang setekah pertandingan tandang, mencoreti mobil-mobil (vandalisme), dan ancaman melalui telefon di rumah. "Dan kita hendaknya jangan menyalahkan semua ini pada minoritas penggemar sepakbola." Kutuk kekerasan Presiden Inter Milan , Giacinto Facchetti mengutuk tindak kekerasan tersebut. "Kami tidak dapat menerima bahwa kekecewaan berubah menjadi tindak kekerasan. Tindak kekerasan tidak dapat diterima bagi siapapun yang menyatakan dirinya sendiri sebagai pendukung Inter," katanya dalam sebuah pernyataan di website klub tersebut. Kepala polisi di Bandara Malpensa, Enzo Ricciardi, mengatakan ia akan mempelajarai insiden tersebut melalui rekaman televisi. "Kami mempunyai bukti untuk dapat mengindentifikasi beberapa orang yang terlibat," katanya seperti dikutip dalam La Gazzetta dello Sport. Dalam beberapa tahun belakangan ini, Inter telah membangun suatu reputasi sebagai salah satu markas pendukung sepakbola yang paling rusuh di persepakbolaan Italia. Tindak kekerasan sering terjadi akibat kekecewaan terhadap hasil di lapangan. Pada Desember 2000, mereka melemparkan bom molotov terhadap bus tim Inter Milan saat kendaraan itu masuk ke stadion San Siro sebelum suatun pertandingan melawan Parma. Musim lalu, mereka membuat pertandingan pertama perempat final Liga Champions melawan AC Milan dihentikan, karena terjadi hujan petasan yang dilemparkan ke lapangan. Pertandingan tersebut, yang dimenangi AC Milan, dihentikan dan UEFA memerintahkan Inter untuk menyelenggarakan pertandingan tanpa penonton di empat pertandingan Eropa berikutnya, Reuters melaporkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006