Kuala Lumpur (ANTARA) - Ketua Forum Perdamaian Dunia (WPF) Din Syamsuddin dan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbagi pandangan yang sama tentang perilaku umat Islam saat ini ketika keduanya bertemu di Kuala Lumpur, Malaysia.
Dalam keterangan tertulisnya pada Senin, Din, yang juga Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama Antar Peradaban (CDCC), mengatakan dirinya sepakat dengan pandangan Mahathir yang menyebutkan bahwa kelemahan dan kemunduran umat Islam dewasa ini karena mereka meninggalkan agama tersebut.
Sambil mengutip cendekiawan Islam dari Mesir, Muhammad Abduh, Din mengatakan "Al-Islam mahjubun bi al-Muslimin" atau "Islam tertutupi oleh perilaku umat Islam".
Dia juga menyoroti masyarakat di negara-negara non-Islam yang justru berperilaku sesuai ajaran Islam.
"Kita menemui Islam di sana, sementara kita bertemu orang-orang yang mengaku Islam di sini," kata dia.
Saat bertemu Din, Mahathir mengatakan kelemahan dan kemunduran umat Islam terjadi karena mereka tidak taat dan patuh terhadap ajaran-ajaran Islam berdasarkan Al Quran dan Sunnah.
Menurut dia, mereka melanggar ajaran Islam tentang keadilan.
Banyak penguasa yang beragama Islam tetapi tidak berperilaku adil, kata Mahathir, baik terhadap diri sendiri maupun rakyatnya.
"Mereka tidak mengemban amanah secara berkeadilan, dan bahkan banyak dari mereka yang justru melakukan kezaliman," ujar dia.
Hal lain yang umat Islam sering lakukan adalah pembunuhan atas sesama, katanya.
Ada kelompok Islam yang tega menghilangkan nyawa sesama manusia dan mereka lakukan itu atas nama agama, kata Mahathir.
Padahal jelas, Islam menolak dan menentang penghilangan nyawa orang lain atas sebab yang tidak dapat dibenarkan, karena itu sama dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia, kata tokoh yang sering disapa "Dr M" itu.
Din, yang juga mantan Ketua Umum Muhammadiyah dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat, datang ke Kuala Lumpur untuk mengundang Mahathir untuk menjadi salah satu pembicara utama pada Forum Perdamaian Dunia Ke-8 (The 8th World Peace Forum/WPF 8) yang akan digelar di Solo, Jawa Tengah, pada 17-18 November 2022.
Forum tersebut adalah pertemuan kedelapan sejak mulai digelar pada 2006.
Tujuh forum terdahulu bertemakan "Satu Kemanusiaan, Satu Tujuan, Satu Tanggung Jawab" (One Humanity, One Destiny, One Responsibility).
Untuk forum kedelapan, kata Din, akan mengangkat tema "Persaudaraan Kemanusiaan dan Jalan Tengah sebagai Fondasi Dunia Damai, Adil, dan Sejahtera" (Human Fraternity and The Middle Path as the Foundation for a Peaceful, Just, and Prosperous World).
WPF 8 yang diselenggarakan CDCC bersama Chengho Multiculture and Education Trust di Kuala Lumpur dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) akan dihadiri sekitar 100 tokoh mancanegara dan 100 tokoh dalam negeri, termasuk agamawan, cendekiawan dan penentu kebijakan.
Pidato utama dari forum tersebut rencananya akan disampaikan antara lain oleh Syaikh Al-Azhar Prof Dr Ahmad Muhammad Al-Thayyib, Wakil Vatikan Rev Laurence Basanese, Sekretaris Jenderal Rabithah 'Alam Islamy Dr Muhammad al-Isa, Sekretaris Jenderal Religions for Peace Prof Dr Azza Karam, dan Wakil Presiden Association of G20 Interfaith Dialogue Prof Dr Katherine Marshall.
Pada 19 November 2022, seluruh peserta forum akan menjadi tamu kehormatan acara pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiah di Stadion Manahan, Solo.
Baca juga: Din Syamsuddin: Muktamar perlu perjelas wawasan Islam berkemajuan
Baca juga: Mahathir Mohamad klarifikasi pernyataan soal klaim Kepulauan Riau
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022