Sanksi itu menargetkan 16 orang, organisasi serta lembaga yang bertanggung jawab langsung atas penindakan keras terhadap serangkaian unjuk rasa yang dipicu oleh kematian seorang perempuan muda di penjara, kata majalah tersebut.
Negara-negara tersebut ingin agar para menteri luar negeri EU memutuskan sanksi itu pada pertemuan 17 Oktober, tanpa penolakan dari semua anggota blok ekonomi tersebut.
Kementerian Luar Negeri Jerman belum dapat dimintai komentarnya tentang hal itu.
Menlu Jerman Annalena Baerbock pada Senin mengatakan bahwa tekanan Teheran kepada demonstran adalah "ungkapan ketakutan terhadap pendidikan dan kekuatan kebebasan," dan dia menjanjikan sanksi.
"Sulit juga untuk melakukan hal itu karena pilihan dalam kebijakan luar negeri kami terbatas. Akan tetapi, kami dapat menggemakan suara mereka, membuat publikasi, mengajukan tuntutan dan menjatuhkan sanksi. Dan itu yang sedang kami upayakan," cuit Baerbock di Twitter.
Protes antipemerintah, yang dimulai sejak pemakaman Mahsa Amini (22) pada 17 September di Kota Kurdi Saqez, berkembang menjadi penentangan terbesar terhadap otoritas Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Banyak orang menyerukan agar pemerintahan yang dipimpin para ulama Islam dan berlangsung selama lebih dari empat dekade, diakhiri.
Kelompok HAM Iran Human Rights yang berbasis di Norwegia mengungkapkan bahwa lebih dari 100 orang telah tewas.
Otoritas Iran belum menyebutkan jumlah korban tewas, meski menurut mereka banyak anggota pasukan keamanan yang juga tewas di tangan "perusuh dan preman yang didukung musuh asing."
Pekan lalu stasiun TV pemerintah memberitakan bahwa 41 orang telah tewas, termasuk anggota pasukan keamanan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran tegaskan perlindungan hak semua warga pascakematian Mahsa Amini
Baca juga: Pemrotes kematian Mahsa Amini bentrok dengan pasukan keamanan Iran
Baca juga: AS dituduh manfaatkan kerusuhan untuk kacaukan Iran
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022