Jakarta (ANTARA) -
Dia mengatakan nilai ekspor dan impor Indonesia tidak akan terpengaruh secara signifikan oleh adanya penyesuaian harga BBM.
Dia menyebut nilai ekspor akan mengalami penurunan sebesar 0,17 persen dan nilai impor akan mengalami penurunan sebesar 0,74 persen.
“Berdasarkan yang kami simulasikan, neraca perdagangan ketika ada kenaikan harga BBM, baik ekspor maupun impor mengalami penurunan. Tapi, penurunan ekspor lebih kecil daripada impornya, artinya masih ada surplus,” kata Iwan dalam acara Sapa Media bertajuk Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Sektor Ekonomi di Indonesia oleh BRIN yang dipantau di Jakarta, Senin.
Namun, dia menyarankan para pemangku kepentingan untuk lebih mendorong pertumbuhan industri substitusi impor pangan yang memiliki keunggulan komparatif, sehingga surplus neraca perdagangan dapat terus meningkat ke depannya.
Dalam kesempatan sama, Peneliti Bidang Ekonomi Industri Pertanian dan Pangan BRIN Saktyanu Kristyantoadi mengatakan ekspor komoditas unggulan Indonesia seperti Crude Palm Oil (CPO), batu bara dan nikel masih akan memberikan sumbangsih terhadap perekonomian nasional.
“Kalau hasil dari penelitian ini. Kami berkeyakinan, ini akan memberikan prospek yang baik untuk CPO, batu bara dan nikel,” kata Saktyanu.
Seperti diketahui, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 5,76 miliar dolar AS pada Agustus 2022, yang didorong oleh nilai ekspor yang sebesar 27,91 miliar dolar AS, atau lebih tinggi dibandingkan nilai impor yang sebesar 22,15 miliar dolar AS.
Tercatat, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada sektor industri sebesar 19,79 dolar AS, pertambangan sebesar 5,95 miliar dolar AS, komoditas sebesar 1,72 miliar dolar AS, dan pertanian 0,45 miliar dolar AS.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan RI Agustus 2022 surplus 5,76 miliar dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat ditopang surplus neraca perdagangan Agustus
Baca juga: Presiden Jokowi jamin neraca dagang RI-China surplus tahun ini
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022