Kalau misalnya ada yang merasa mengeluhkan nyeri kepala tidak sembuh-sembuh atau semakin berat, disertai demam, jangan sepelekan sakit kepala. Baiknya segera berobat ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut

Jakarta (ANTARA) - Ahli kesehatan dokter spesialis saraf, dr Adisresti Diwyacitta, Sp.S berpesan kepada masyarakat agar waspada terhadap gejala meningitis sakit kepala disertai demam yang tidak kunjung membaik dan mendorong untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

“Kalau misalnya ada yang merasa mengeluhkan nyeri kepala tidak sembuh-sembuh atau semakin berat, disertai demam, jangan sepelekan sakit kepala. Baiknya segera berobat ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut,” kata dokter dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono itu, saat diskusi daring bertema "Mengenal Infeksi Otak" di Jakarta, Senin.

Adisresti mengatakan gejala awal meningitis mirip dengan flu sehingga cukup sulit untuk dibedakan apabila pasien tidak datang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (faskes).

Umumnya, pasien yang datang ke faskes sering mengeluhkan sakit kepada dan demam. Jika keluhan tersebut tak kunjung sembuh setelah pasien berobat ke faskes tingkat pertama, Adisresti menganjurkan agar pasien melakukan pemeriksaan di faskes tingkat lanjut untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

“Mungkin sulit ya (dibedakan). Karena paling sering adalah demam dan sakit kepala. Mungkin kalau flu kan harusnya minum obat atau berobat ke klinik sembuh dalam beberapa hari. Tapi ini (meningitis) dengan minum obat dari klinik, kok, tidak sembuh-sembuh,” katanya.

Ia mengatakan selain sakit kepada dan demam, gejala meningitis lain yang mungkin dialami pasien juga dapat berupa kaku kuduk atau kekakuan pada leher, penurunan kesadaran, kejang, mual atau muntah, hingga yang lebih parah dapat menimbulkan lemahnya bagian tubuh pada satu sisi.

Ia menjelaskan sejumlah pemeriksaan perlu dijalani pasien di faskes tingkat lanjut untuk menegakkan diagnosis, seperti pemeriksaan riwayat kesehatan, CT scan, MRI, dan yang tak kalah penting yaitu lumbal pungsi atau tindakan untuk mengambil sampel cairan otak dari tulang punggung belakang.

“Cairan itu kami periksakan ke laboratorium. (Lumbal pungsi) salah satu yang membantu kami menegakkan diagnosis, apakah ini infeksi otak atau bukan. Hanya bisa dilakukan rumah sakit besar,” katanya.

Meningitis sendiri merupakan kondisi infeksi otak yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit. Adisresti menegaskan kondisi ini harus diwaspadai karena dapat membahayakan nyawa bila tidak tertangani dengan baik.

Penanganan meningitis dapat bervariasi bergantung penyebabnya. Jika disebabkan oleh TBC, Adisresti mengatakan dokter akan memberi obat TBC hanya saja durasi konsumsi menjadi lebih lama hingga minimal satu tahun.

Jika meningitis disebabkan bakteri, maka obat yang diberikan berupa antibiotik. Serta jika disebabkan jamur, maka pengobatan dapat berupa obat antijamur.

Dalam kasus yang cukup berat, maka pasien akan dirawat inap sementara obat akan diberikan melalui infus. Dalam kasus tertentu pula, seperti pembengkakan di area jaringan otak, tindakan operasi dapat dimungkinkan apabila memang diperlukan.

Ia mengatakan pasien bisa sepenuhnya sembuh atau kembali dapat beraktivitas normal apabila meningitis dalam derajat ringan serta mendapat penanganan sedini mungkin dan tepat.

“Tapi ada yang pasien datang (ke faskes) dengan klinis sudah berat. Mungkin itu juga kalaupun sembuh akan menimbulkan gejala sisa, misalnya lemas (pada tubuh) satu sisi yang akan mengganggu mobilitas pasien pada saat nantinya,” demikian Adisresti Diwyacitta.

Baca juga: Dokter: Jangan sepelekan gejala meningitis, segera periksakan

Baca juga: Wapres Ma'ruf tekankan pentingnya pemenuhan vaksin meningitis

Baca juga: Mengenal gejala meningitis, penyakit diderita Olga Syahputra

Baca juga: Kenali gejala umum penyakit meningitis

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022