Jakarta (ANTARA News) - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) menjamin pasokan dan stok pupuk urea bersubsidi untuk Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Tengah (Jateng) terpenuhi untuk musim tanam April 2006 dan penyalurannya akan disesuaikan berdasarkan alokasi Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian dan SK Gubernur. "Untuk wilayah Jatim yang menjadi tanggung jawab PKT, stok telah mencapai 30 persen diatas ketentuan. Sedangkan 14 kabupaten/kota yang baru menjadi tanggung jawab PKT per 1 April 2006, juga telah dipasok, dan kini stok akhir per 5 April 2006 mencapai 22.425 ton," kata Kepala Kompartemen (Kakom) Pemasaran PKT Irwansyah kepada pers di Jakarta, Senin, menanggapi terjadinya kelangkaan pupuk di Jatim dan Jateng. Ia menjelaskan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 3 tahun 2006 Tentang Penyaluran dan Pengadaan Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian, PKT mendapat tugas tambahan untuk memasok urea bersubsidi di 16 kabupaten/kota yang terdiri dari 14 kabupaten/kota di Jateng, dan dua di Jatim yaitu Jombang dan Nganjuk. Sebanyak 14 kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawab PKT itu adalah Blora, Boyolali, Demak, Grobogan, Jepara, Karanganyar, Klaten, Kudus, Pati, Rembang, Sragen, Sukoharjo, Wonogiri, dan kota Solo. "Untuk Jateng, tanggung jawab kita sebanyak 337.265 ton urea, sedangkan di Jatim dengan menghitung tambahan tanggung jawab untuk dua kabupaten, maka total tanggung jawab PKT selama satu tahun sebesar 650 ribu ton," kata Irwansyah. Sejauh ini, kata dia, pasokan urea di Jatim yang menjadi tanggung jawab PKT relatif aman. Demikian pula dengan Jateng. Sampai 5 April 2006, PKT, lanjut dia, sudah menjual urea subsidi sebanyak 20.218,5 ton dengan stok sebanyak 22.425,1 ton, sedangkan ketentuan stok berdasarkan SK Gubernur Jateng 17.177 ton atau total kebutuhan pupuk selama April di Jateng sebesar 34.355,39 ton. Irwansyah optimis kebutuhan urea di 14 kabupaten/kota di Jateng tersebut akan mampu dipenuhinya mengingat dalam waktu dekat akan masuk empat kapal (KM Meina, KM Mandiri, KM Rimba 8 dan KM Mutasi SBY) yang mengangkut urea dengan total muatan 22.650 ton di Tanjung Mas, Semarang. Menanggapi adanya kelangkaan pupuk di wilayah tersebut, ia mengatakan pada saat terjadi kelangkaan ada transisi antara PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) yang semula juga memasok di 14 kabupaten/kota tersebut ke PKT. Namun dengan masuknya urea PKT, maka kelangkaan bisa diatasi. "Begitu kami buka kios, petani langsung membeli, sehingga terjadi `panic buying` yang menimbulkan antrian panjang," ujarnya. Ia menegaskan pihaknya akan terus memasok dan menjual pupuk sesuai SK Gubernur dan SK Mentan, dan kalau terjadi kekurangan, maka akan dilaporkan ke Gubernur untuk meminta tambahan atas seijin Mentan. Menanggapi soal kelebihan penjualan urea di Jatim, Irwansyah mengatakan pada Januari-Maret 2006, PKT telah menyalurkan urea subsidi sebanyak 161.251 ton atau diatas SK mentan sebesar 123.303 dan sempat menimbulkan polemik dengan aparat karena penyaluran pupuk bulanan tidak boleh melebihi SK Mentan, kendati di lapangan terjadi kelangkaan pupuk. Menurut dia, akibatnya banyak distributor dan pemilik kios resmi tidak berani menebus DO (delivery order) mereka karena takut berurusan dengan pihak berwajib. "Persoalan itu sudah dapat diatasi dengan keluarnya Peraturan Gubernur Jatim Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Alokasi HET dan Pupuk Bersubsidi di Jatim, yang memperbolehkan produsen pupuk mengambil alokasi dari bulan lain jika memang dibutuhkan pada bulan tertentu sepanjang tidak melebihi kuota tahunan yang ditetapkan SK Mentan," kata Irwansyah. Ia mencontohkan di Jatim, misalnya SK Mentan menyebutkan total alokasi pupuk di daerah itu satu juta ton, maka selama tidak melebihi alokasi satu juta ton, maka produsen bisa mengambil alokasi di bulan lain yang tidak banyak penanamannya, ke bulan yang tinggi masa penanamannya, seperti pada April ini diambil alokasi untuk Mei dan Juni 2006. Lebih jauh Irwansyah mengatakan untuk wilayah lain yang menjadi tanggung jawab PKT seperti Bali, NTT/NTB, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua relatif tidak ada masalah dan PKT mampu memenuhi kebutuhan pupuk urea di kawasan timur tersebut. Ia juga mengakui untuk bantuan kepada produsen lain yang mengalami masalah teknis, seperti Petrokimia Gresik (Petrogres), dan Pusri, pihaknya belum bisa memenuhi semua permintaan bantuan karena sejumlah pabrik PKT juga mengalami kerusakan maupun "turn around" (TA) yang mengakibatkan PKT kehilangan produksi sebesar 89 ribu ton. Untuk Petrogres, katanya, PKT baru memasok sebesar 34.727 ton dari permintaan bantuan sebesar 57 ribu ton, untuk Pusri baru dipasok 59.389 ton dari permintaan sekitar 95 ribu ton, dan untuk PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) baru 49.603 ton dari permintaan sebesar 93 ribu ton.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006