Brasilia (ANTARA) - Presiden Brazil Jair Bolsonaro memimpin lebih awal dalam hitungan sementara pemilihan presiden negara itu pada Minggu (1/10).
Perolehan suara Bolsonaro itu berada di depan sang penantang, Luiz Inacio Lula da Silva. Partai Buruh (PT) tempat Lula berasal menarik lebih banyak dukungan dari daerah-daerah yang lebih lambat melaporkan hitungan suara.
Berdasarkan 20 persen suara dari mesin pemungutan suara elektronik yang dihitung, Bolsonaro unggul dengan 48 persen melawan 43 persen untuk Lula, kata otoritas pemilihan nasional di lamannya.
Pada 2014 ketika PT yang berideologi kiri itu terakhir kali memenangkan pemilihan presiden, keunggulannya diketahui hanya setelah dua jam penghitungan suara.
Hasil dari Brazil timur laut yang lebih miskin, yang selama ini merupakan benteng PT, sering kali membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai Mahkamah Pemilu Brazil (TSE).
Antrean panjang dilaporkan terjadi di tempat-tempat pemungutan suara, yang ditutup pada pukul 17.00 waktu setempat, karena banyak warga Brazil memberikan suara dalam suasana pemilihan yang tegang.
Ketegangan tersebut ditandai dengan kemunculan kekerasan yang terisolasi serta kekhawatiran akan peningkatan tajam kepemilikan senjata di bawah kepemimpinan Bolsonaro.
Polisi militer di Sao Paulo mengatakan seorang pria memasuki tempat pemungutan suara dan menembaki dua petugas polisi yang sedang mendapatkan perawatan medis.
Sebagian besar jajak pendapat menunjukkan Lula unggul 10-15 poin persentase, tetapi Bolsonaro telah mengisyaratkan dia mungkin tidak mau menerima kekalahan, yang memicu kekhawatiran soal krisis institusional.
Jika Lula memenangi lebih dari 50 persen suara sah, yang ditunjukkan oleh beberapa lembaga survei sejauh ini, dia akan meraih kemenangan langsung sebelum putaran kedua.
Di Brasilia, Ricardo Almeida, 45 tahun, memilih dengan mengenakan pakaian warna kuning dan hijau bendera Brazil. "Saya memilih (Bolsonaro) karena iman Kristennya, pembelaannya terhadap nilai-nilai keluarga dan haluan politiknya yang konservatif," katanya.
Sementara itu, warga RIo de Janeiro bernama Anna Luisa (70 tahun) yang mengenakan kemeja "Get Out Bozo" ("Lengserlah Dungu"), mengatakan dia memilih Lula untuk pertama kalinya.
"Saya harus menjatuhkan Bolsonaro," katanya, atas alasan "homofobia" dan dukungan yang ditunjukkan Bolsonaro pada kediktatoran militer Brazil 1964-1985.
Meskipun dia mengakhiri pemerintahannya pada 2003-2010 dengan popularitas tertinggi, Lula sekarang dibenci oleh banyak orang Brazil setelah dia dihukum karena menerima suap.
Politisi aliran kiri itu, yang menjadi presiden mulai 2003 hingga 2010, dipenjara selama pemilihan terakhir. Tapi, hukumannya kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung sehingga memungkinkan dia untuk bersaing melawan Bolsonato tahun ini.
Lula, yang memberikan suara di Sao Bernardo do Campo, mengakui perubahan dramatis dalam nasibnya setelah penuntutan itu, yang dia sebut bermotif politik.
"Ini adalah hari yang penting bagi saya," katanya. "Empat tahun lalu saya tidak bisa memilih karena saya adalah korban kebohongan ... Saya ingin mencoba membantu menormalkan kembali negara saya."
Bolsonaro memberikan suara di Rio, dan mengatakan dia berharap memenangi pemilihan di putaran pertama pada Minggu, meskipun sejumlah jajak pendapat menunjukkan hasil buruk.
Bolsonaro mengeklaim jajak pendapat itu tidak mencerminkan dukungan rakyatnya.
Jika tidak ada kandidat yang memenangkan lebih dari setengah suara, tidak termasuk surat suara kosong dan rusak, dua kandidat teratas akan maju ke putaran kedua pada 30 Oktober.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jajak pendapat: Lula berpeluang ungguli Bolsonaro di pilpres Brazil
Baca juga: Bolsonaro: Saya akan hormati hasil pilpres jika "bersih, transparan"
Brazil gelar parade untuk peringati 200 tahun kemerdekaannya
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022