Jakarta (ANTARA) - Perawat di RSUI Ns. Hesti Rahayu, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.M.B mencontohkan perawatan yang dapat dilakukan pada orang dengan demensia (ODD) setiap hari melalui jadwal Activity Daily Living (ADL).
Dia, melalui keterangan tertulis RSUI, Minggu (2/10) mengatakan jadwal ini meliputi aktivitas seperti mandi, berpakaian, makan pada yang sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama. Selain itu, memberikan bantuan pada ODD untuk menulis hal-hal yang ingin dilakukan pada kegiatannya.
Selain itu, rencanakan aktivitas yang disukai ODD dan lakukan pada waktu yang sama setiap harinya serta mempertimbangkan sistem pengingat yang membantu mengingatkan jadwal minum obat.
Baca juga: Hipertensi berisiko sebabkan demensia
Menurut Hesti, jika ODD mengalami penurunan fungsional dan kesulitan melakukan aktivitasnya, maka para caregiver dapat membantu mereka dengan tetap menyertakan pasien semaksimal mungkin.
"Hal ini bertujuan untuk membantu melatih kembali fungsionalnya. Selain itu, bersikaplah lembut, menghargai dan menyajikan makanan secara konsisten," kata dia.
Lebih lanjut, terdapat hal yang bisa dilakukan untuk perawatan pada perubahan komunikasi dan perilaku ODD yaitu dengan memahami suasana hati ODD, mempertahankan benda atau foto yang disayangi dan mengingatkan kembali siapa kita dengan memberikan informasi.
Selain itu, fasilitasi aktivitas ODD agar tetap aktif seperti melakukan pekerjaan rumah, memasak, membuat kue, olahraga dan lainnya; membantu untuk memulai aktivitas atau bergabung dalam aktivitasnya serta memberikan kesempatan ODD memilih makanannya sendiri.
Menurut Hesti, kualitas hidup ODD dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu demensia, caregiver dan pelayanan medis profesional. Caregiver dapat mempengaruhi perubahan penting dalam kehidupan ODD, mempengaruhi frekuensi dan tipe terapi yang akan diterima oleh ODD.
“Tentunya caregiver perlu mengetahui informasi penyakit dan kebutuhan yang berubah yang perlu dipenuhi pada ODD, memahami arti delirium atau kondisi tidak sadar, apa penyebabnya dan memahami tindakan yang perlu dilakukan," ujar dia.
Hesti mengatakan, Alzheimer tidak hanya terjadi pada lansia di atas 65 tahun, tetapi juga pada pra lansia. Untuk menangani Alzheimer pada pra lansia, maka pada prinsipnya dapat dilihat dari kebutuhan orang dengan demensia tersebut.
Baca juga: Pentingnya perawatan pascadiagnosis bagi penyandang Alzheimer
Baca juga: Dokter: Pikun bisa serang orang yang masih muda
Baca juga: Dokter: Pasien demensia paling ideal dirawat oleh keluarga
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022