Saya kira tim semua, pemain, syok semua. Semua tidak menginginkan ini

Malang (ANTARA) - Manajer Arema FC Ali Rifki menyatakan PT Liga Indonesia Baru (LIB) menolak permohonan untuk memajukan kick off Arema FC lawan Persebaya Surabaya dari awalnya malam menjadi sore.

"Atas permintaan Kapolres Malang sudah kita kirim (permohonan memajukan kick off). Setelah itu PT LIB menjawab dan menetapkan bahwa jadwal tetap seperti sedia kala," kata Ali Rifki di Kabupaten Malang, Minggu.

Setelah ditolak, Ali Rifki mengatakan pihaknya mematuhi keputusan dari PT LIB tersebut.

Baca juga: Ketua DPR minta investigasi menyeluruh tragedi Kanjuruhan

"Saya sebagai manajer tim mengikuti apa yang ada, yang sudah ditetapkan karena jadwal apapun itu urusan panitia penyelenggara, PT LIB dan keamanan," ujarnya.

Menurut dia, main jam berapa pun pihaknya siap bertanding. Sebab tim telah dipersiapkan untuk laga melawan Persebaya.

"Dari manajemen, mau sore, siang, kami siap bertanding. Karena tim sudah kita siapkan," katanya.

Dia mengaku, seluruh jajaran manajemen dan pemain tidak menyangka pertandingan melawan Persebaya memakan banyak korban jiwa.

"Saya kira tim semua, pemain, syok semua. Semua tidak menginginkan ini," katanya.

Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Baca juga: Kemenkes perbarui data korban luka tragedi Kanjuruhan jadi 284 orang

Kerusuhan tersebut semakin membesar ketika sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.

Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.

Gas air mata ditembakkan karena para pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.

Akibat kericuhan tersebut lebih dari seratus orang dilaporkan meninggal dunia.

Baca juga: Presiden FIFA berikan pernyataan soal tragedi Kanjuruhan

Pewarta: Abdul Hakim/Willy Irawan
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022