saya sangat prihatin dan mengutuk keras kerusuhan
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Manajemen Arema FC mendukung proses investigasi kepolisian terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, yang hingga kini menyebabkan sebanyak 130 orang meninggal dunia usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10).
Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu mengatakan bahwa ia juga meminta seluruh pihak untuk menahan diri hingga titik terang permasalahan ditemukan.
“Kami juga mendukung penuh pengusutan yang dilakukan pihak kepolisian, dan memohon pihak-pihak untuk menahan diri sampai benar-benar ketemu titik terang permasalahannya," kata Gilang.
Selain itu, lanjut Gilang, menginstruksikan jajaran manajemen Arema FC untuk berkoordinasi dengan pusat layanan kesehatan yang merawat para korban. Ia meminta pelayanan kepada para korban untuk diberikan secara optimal dan biaya perawatan itu akan ditanggung Manajemen Arema FC.
“Kami meminta agar diberikan pelayanan yang maksimal dalam penanganan korban luka-luka dan meminta pusat-pusat kesehatan untuk menyampaikan pembiayaannya kepada manajemen,” ujarnya.
Baca juga: Kapolri tiba di Malang tinjau Stadion Kanjuruhan dan rumah sakit
Baca juga: Data sementara DVI Polri catat korban meninggal 125 orang
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan duka mendalam atas musibah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang usai laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya tersebut.
"Sebagai Presiden Arema FC, saya meminta maaf kepada seluruh warga malang raya yang terdampak atas kejadian ini. Saya sangat prihatin dan mengutuk keras kerusuhan di stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan seratusan lebih korban jiwa," katanya.
Sebelumnya, kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Baca juga: Satu Aremania asal Magetan meninggal dalam tragedi Kanjuruhan Malang
Baca juga: Sriwijaya Mania sesalkan tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan
Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
Petugas pengamanan, kemudian melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pengalihan agar para suporter tersebut tidak masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain. Dalam prosesnya, akhirnya petugas melakukan tembakan gas air mata.
Polisi menembakkan gas air mata karena pendukung tim berjuluk Singo Edan yang tidak puas dan turun ke lapangan itu telah melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial.
Data terakhir menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 130 orang.
Baca juga: Muhadjir: Tragedi Kanjuruhan segera diinvestigasi
Baca juga: RSSA Malang siapkan posko informasi tragedi Kanjuruhan
Baca juga: PSSI: Seharusnya banyak pihak bisa menahan diri di Stadion Kanjuruhan
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022