Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi mengatakan, seharusnya banyak pihak yang bisa menahan diri ketika terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10), agar jatuhnya korban jiwa dapat dihindari.

"Kami menyesalkan kejadian kemarin malam. Sebenarnya banyak yang harus menahan diri," kata Yunus dalam konferensi pers di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu.

Meski demikian, pria yang pernah menjadi ketua Asprov PSSI Kalimantan Timur itu tidak merinci siapa yang sebenarnya mesti menahan diri.

Baca juga: PSSI komunikasi dengan FIFA demi hindari sanksi pascakerusuhan Malang
Baca juga: Menpora minta edukasi suporter dimasifkan menyusul tragedi Kanjuruhan

Soal tindakan aparat terhadap suporter, misalnya, Yunus yakin hal itu diambil dengan pertimbangan tertentu. Penggunaan gas air mata dianggapnya juga sudah dipertimbangkan matang-matang meski sejatinya FIFA sudah melarangnya.

Pasal 19 (b) Regulasi Keselamatan dan Keamanan FIFA menyatakan bahwa "tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas pengendali keramaian" di lapangan pertandingan.

"Kejadian itu begitu cepat. Tentu pihak keamanan sudah memikirkan dan mengkaji dengan baik. Kita memang melihat pascapertandingan penonton turun ke lapangan dan tentu pihak keamanan ambil langkah-langkah antisipatif," kata Yunus menambahkan.

PSSI, dia melanjutkan, sudah membentuk tim investigasi peristiwa di Stadion Kanjuruhan yang dipimpin oleh Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan.

Iriawan sudah berada di Malang untuk menyelidiki kasus tersebut. Menpora Zainudin Amali dan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo juga terbang ke Malang untuk mengetahui dengan rinci peristiwa tersebut.

Baca juga: PSSI bentuk tim investigasi tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Muhadjir: Tragedi Kanjuruhan segera diinvestigasi

Kericuhan di Stadion Kanjuruhan bermula saat ribuan suporter Arema FC, Aremania, merangsek masuk ke area lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya pada laga lanjutan Liga 1 Indonesia 2022-2023.

Polisi kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas.

Suporter yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion dan mereka berebut mencari jalan keluar. Jumlah pendukung yang membutuhkan bantuan medis tidak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.

Para suporter itu banyak yang mengeluh sesak nafas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribun stadion dan hingga saat ini tercatat 129 orang kehilangan nyawa akibat kerusuhan tersebut.

Baca juga: PSM: Tragedi Kanjuruhan rugikan industri sepak bola Indonesia
Baca juga: Bonek: Kemenangan Persebaya tak berarti dibandingkan hilangnya nyawa

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022