Kupang (ANTARA) - Mantan pemain Arema era 1989-1990 Frans Watu menilai tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu (1/10) dan mengakibatkan sedikitnya 129 orang meninggal dunia menjadi duka sepak bola Indonesia.

“Duka yang dialami oleh suporter Aremania adalah duka yang juga yang dirasakan oleh sejumlah pecinta sepak bola di Indonesia,” kata Frans Watu saat dihubungi ANTARA dari Kupang, Minggu.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan tragedi Kanjuruhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya. Pertandingan sendiri berakhir dengan kemenangan tim tamu dengan skor 3-2.

Baca juga: Aremania tabur bunga di depan patung singa Stadion Kanjuruhan Malang
Baca juga: GM PSIS: Tragedi Kanjuruhan Malang jangan sampai terulang

Frans yang pernah berkostum Arema bersama Aji Santoso dan Bambang Nurdiansyah itu mengapresiasi pengurus PSSI yang langsung mengambil sikap tegas menghentikan sementara kompetisi Liga 1 Indonesia.
​​​​​​
Namun, dia menyoroti juga adanya penjualan tiket yang mencapai 40 ribu tiket dari sebelumnya yang dipersiapkan hanya sekitar 25 ribu saja dalam derbi Jawa Timur itu.

Panitia pertandingan, lanjut dia, harusnya juga memperhatikan hal non teknis yang dapat berimbas pada tragedi Kanjuruhan tersebut.

Disamping itu juga masalah gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian ke tribun yang mengakibatkan banyak suporter yang ketakutan juga disoroti Frans karena sesuai aturan FIFA penembakan gas air mata dilarang apalagi diijinkan masuk ke dalam stadion sepak bola.

Tragedi ini dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi sepak bola Indonesia , karena FIFA pasti akan turun tangan menanggapi masalah ini.

Sebagai mantan pemain Arema dia berharap kejadian ini tidak terulang lagi, apalagi sampai menimbulkan banyak korban jiwa.

Baca juga: Mengulik kesadaran di balik Tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Suporter PSM khawatirkan sanksi FIFA terkait tragedi Kanjuruhan

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022