Semakin susah karena pemantik utamanya itu sudah habisPalu (ANTARA) -
Penuntasan seluruh anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso akan memberikan dampak besar terhadap perkembangan jaringan terorisme di Indonesia, kata Guru Besar Universitas Islam Negeri Datokarama Palu Profesor Lukman Thahir.
"Memang sejak awal MIT Poso itu memiliki peran besar dalam perkembangan jejaring terorisme di Indonesia," kata Lukman ketika dihubungi di Kota Palu, Jumat, menanggapi tewasnya Askar alias Jaid yang disebut sebagai anggota terakhir dari kelompok MIT Poso dalam kontak tembak dengan pasukan Satgas Madago Raya sehari sebelumnya.
Ia menjelaskan perburuan yang sudah menumpas habis anggota kelompok MIT itu setidaknya akan memperlambat atau mengurangi satu sel jaringan terorisme yang telah eksis di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Situasi itu akan memberikan ruang lebih besar kepada aparat untuk fokus mengurus jaringan terorisme yang ada di daerah-daerah lain.
"Sedangkan untuk Sulteng, pihak aparat bisa membentuk tim kecil saja secara internal yang nantinya bertugas memantau dan memastikan bahwa sel-sel dari jaringan (MTI) itu sudah tidak ada lagi," tambah Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Datokarama itu.
Baca juga: Satgas Madago Raya lumpuhkan satu DPO MIT Poso
Dampak lain dari penuntasan kelompok MIT Poso, kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tengah itu, adalah sulitnya bagi jaringan terorisme yang besar untuk mendapatkan pasokan dana. Dalam beberapa waktu terakhir, kelompok MIT Poso dinilai telah menjadi pemantik utama untuk mendatangkan suplai dana dari berbagai jaringan terorisme di luar negeri.
"Semakin susah karena pemantik utamanya itu sudah habis," ucap Profesor Lukman.
Baca juga: Polda Sulteng makamkan jenazah Askar anggota kelompok MIT di Palu
Oleh karena itu, Lukman menambahkan habisnya anggota kelompok MIT Poso dapat menjadi momentum untuk melakukan pendekatan secara persuasif kepada seluruh mantan pelaku tindak pidana terorisme di seluruh Tanah Air.
"Mereka harus dirangkul, tidak boleh dibiarkan, apalagi dilepas begitu saja. Harus ada pembinaan yang tepat, jangan biarkan mereka merasa kosong karena itu adalah jalan untuk mengembalikan mereka ke kehidupan semula," sambung Lukman.
Baca juga: Kapolri jelaskan langkah setelah kelompok Poso dituntaskan
Sebelumnya, kontak tembak kembali terjadi melibatkan Askar alias Jaid yang diduga sebagai anggota terakhir dari kelompok MIT Poso dengan pasukan Satgas Madago Raya di KM 13 Desa Kilo, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (29/9) sekitar pukul 18.30 Wita. Lokasi baku tembak berada pada ketinggian 450 di atas permukaan laut (DPL).
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah memastikan bahwa anggota MIT Poso Askar alias Jaid tewas dalam kontak tembak tersebut.
"Saya di sini memastikan bahwa benar itu adalah Askar, DPO (daftar pencarian orang) yang selama ini kami cari sejak ikut merencanakan pelatihan tahun 2011," kata Kapolda Sulteng Inspektur Jendral Polisi Rudy Sufahriadi usai mengecek langsung di RS Bhayangkara Palu, Jumat.
"Memang sejak awal MIT Poso itu memiliki peran besar dalam perkembangan jejaring terorisme di Indonesia," kata Lukman ketika dihubungi di Kota Palu, Jumat, menanggapi tewasnya Askar alias Jaid yang disebut sebagai anggota terakhir dari kelompok MIT Poso dalam kontak tembak dengan pasukan Satgas Madago Raya sehari sebelumnya.
Ia menjelaskan perburuan yang sudah menumpas habis anggota kelompok MIT itu setidaknya akan memperlambat atau mengurangi satu sel jaringan terorisme yang telah eksis di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Situasi itu akan memberikan ruang lebih besar kepada aparat untuk fokus mengurus jaringan terorisme yang ada di daerah-daerah lain.
"Sedangkan untuk Sulteng, pihak aparat bisa membentuk tim kecil saja secara internal yang nantinya bertugas memantau dan memastikan bahwa sel-sel dari jaringan (MTI) itu sudah tidak ada lagi," tambah Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Datokarama itu.
Baca juga: Satgas Madago Raya lumpuhkan satu DPO MIT Poso
Dampak lain dari penuntasan kelompok MIT Poso, kata Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tengah itu, adalah sulitnya bagi jaringan terorisme yang besar untuk mendapatkan pasokan dana. Dalam beberapa waktu terakhir, kelompok MIT Poso dinilai telah menjadi pemantik utama untuk mendatangkan suplai dana dari berbagai jaringan terorisme di luar negeri.
"Semakin susah karena pemantik utamanya itu sudah habis," ucap Profesor Lukman.
Baca juga: Polda Sulteng makamkan jenazah Askar anggota kelompok MIT di Palu
Oleh karena itu, Lukman menambahkan habisnya anggota kelompok MIT Poso dapat menjadi momentum untuk melakukan pendekatan secara persuasif kepada seluruh mantan pelaku tindak pidana terorisme di seluruh Tanah Air.
"Mereka harus dirangkul, tidak boleh dibiarkan, apalagi dilepas begitu saja. Harus ada pembinaan yang tepat, jangan biarkan mereka merasa kosong karena itu adalah jalan untuk mengembalikan mereka ke kehidupan semula," sambung Lukman.
Baca juga: Kapolri jelaskan langkah setelah kelompok Poso dituntaskan
Sebelumnya, kontak tembak kembali terjadi melibatkan Askar alias Jaid yang diduga sebagai anggota terakhir dari kelompok MIT Poso dengan pasukan Satgas Madago Raya di KM 13 Desa Kilo, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (29/9) sekitar pukul 18.30 Wita. Lokasi baku tembak berada pada ketinggian 450 di atas permukaan laut (DPL).
Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah memastikan bahwa anggota MIT Poso Askar alias Jaid tewas dalam kontak tembak tersebut.
"Saya di sini memastikan bahwa benar itu adalah Askar, DPO (daftar pencarian orang) yang selama ini kami cari sejak ikut merencanakan pelatihan tahun 2011," kata Kapolda Sulteng Inspektur Jendral Polisi Rudy Sufahriadi usai mengecek langsung di RS Bhayangkara Palu, Jumat.
Pewarta: Muhammad Izfaldi
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022