Palangka Raya (ANTARA) - Irjen Polisi Ida Oetari Poernamasasi yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Kalimantan Tengah menjadi inspirasi bagi para polisi wanita se-Indonesia, baik dalam menjalankan tanggung jawab dalam institusi kepolisian maupun melaksanakan peran sebagai ibu rumah tangga.
Lulusan Sekolah Perwira (Sepa) Polri 1987 itu, kini mampu membuktikan diri, kodratnya sebagai wanita, tidak menghalangi untuk berkarir menjadi seorang polisi, bahkan mampu menduduki jabatan strategis sebagai Wakapolda Kalteng yang diemban sejak 2021, dan kini baru saja naik pangkat sebagai Irjen.
Prestasi gemilang Oetari tersebut, mendapatkan apresiasi dari Kapolda Kalimantan Tengah Irjen Pol Nanang Avianto, yang mengaku sangat bangga dengan keberhasilan ibu satu anak tersebut.
Menurut Nanang, pencapaian itu, patut menjadi inspirasi bagi seluruh personel kepolisian, khususnya para Polwan di Indonesia.
"Prestasi yang diraih Wakapolda Kalteng saat ini, adalah hal yang patut kita banggakan, terutama kedekatan Irjen Oetari dengan masyarakat Kalteng selama ini, yang rutin berkunjung ke daerah-daerah," katanya.
Berbagai prestasi terus dia torehkan, antara lain dengan mengikuti konferensi se-dunia dan menjadi salah satu Polwan dari Indonesia yang menjadi anggota Konferensi International Association of Women Police (IAWP) dan berbagai prestasi lainnya yang cukup membanggakan.
Wanita yang saat itu masih berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) berkonsentrasi di bidang pengembangan sumber daya manusia polri tersebut, bukan hanya mampu membuktikan kesuksesannya dalam mengemban tugas sebagai wakapolda, namun berkat kedisiplinan yang tinggi, pada Senin (26/9) Oetari menjadi seorang perempuan jenderal dengan bintang dua.
Tentu bukanlah karir yang mudah untuk didapat oleh seorang wanita, khususnya para Polwan, namun dengan kedisiplinan dan komitmen tinggi, menyandang pangkat bintang dua di pundak, bukanlah yang mustahil, dan Irjen Oetari telah membuktikannya.
Perjalanan karir Oetari yang cemerlang, tak lepas dari komitmennya untuk membantu serta melindungi anak-anak dan perempuan dari kekerasan yang marak terjadi di berbagai lini.
Sebagai anggota kepolisian, dia manfaatkan jabatannya untuk bisa memaksimalkan perannya memberikan perhatian serius kepada wanita dan anak korban kekerasan, dengan membangun sistem yang melibatkan banyak pihak, bukan hanya dari kepolisian, tetapi juga pemerintah dan masyarakat.
Program tersebut, ternyata sangat membantu para korban kekerasan, yakni perempuan dan anak. Selain untuk melindungi mereka, sekaligus juga untuk menekan meningkatnya kasus pidana yang sebagian besar terjadi di antara orang-orang terdekat tersebut.
Bahkan, kini program tersebut telah menjadi program percontohan nasional dan dikembangkan di seluruh Polda maupun di pemerintah daerah di Indonesia.
Oetari berharap, program tersebut, mampu menjadi perisai bagi korban kekerasan, baik dalam rumah tangga maupun lainnya, melalui sentuhan lembut para Polwan se-Indonesia dan seluruh pihak terkait lainnya.
Dia meyakini, kalau seluruh pihak terkait peduli, maka kekerasan serupa bisa ditekan, dan semakin banyak generasi yang bisa terselamatkan dari kekerasan yang menimbulkan trauma mendalam bagi kehidupan mereka.
Menurut Oetari, selama ini belum banyak Polwan yang memiliki atau bekerja di bidang penanganan kekerasan perempuan dan anak. Apalagi jumlah penyidik, khususnya Polwan yang menangani kasus kekerasan perempuan dan anak tersebut, jumlahnya hanya sekitar 3.000 orang se-Indonesia.
"Padahal kita masih banyak membutuhkan penyidik dari Polwan, agar persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat ditangani dengan baik, bahkan dapat meningkatkan kualitas penyidik kita kedepannya," katanya.
Namun demikian, dia mengaku sangat bahagia, karena kepedulian terhadap pencegahan kekerasan sudah mulai masif terjadi, bahkan masyarakat juga sudah mulai berani melaporkan.
Tugas dan keluarga
Menjalani tugas sebagai pelayan masyarakat sekaligus menjadi seorang ibu rumah tangga, tentu bukan hal yang mudah. Jenderal bintang dua tersebut mengaku, dirinya sempat berpisah tempat tinggal dengan suami yang seorang perwira Polri karena ditugaskan berbeda pulau.
Kala itu, saat awal merintis karir, mau tidak mau perempuan yang dikenal gigih, disiplin serta taat beribadah itu terpaksa harus membawa anak semata wayangnya ke kantor saat bekerja.
Namun setelah beberapa tahun, akhirnya wanita yang kesehariannya mengenakan kerudung itu mendapatkan kabar baik.
"Saya dan suami akhirnya bisa berkumpul kembali, karena dimutasi ke Mabes Polri, sehingga kami berkomitmen untuk fokus memberikan yang terbaik untuk anak dan keluarga, dan melaksanakan tugas, hingga sekarang jadi Wakapolda Kalimantan Tengah," katanya.
Menjabat sebagai Wakapolda Kalteng menjadi tantangan tersendiri bagi Ida Oetari Poernamasasi. Apalagi kala itu dirinya harus dihadapkan dengan merebaknya wabah COVID-19 di seluruh provinsi yang memiliki luas dua kali dari Pulau Jawa itu.
Tentunya dengan merebaknya pandemi tersebut, menjadi pengalaman yang sangat berbeda. Karena tugas pokoknya di bidang penegakan hukum, tetapi diminta menangani pandemi secara bersama, sehingga tidak terjadi penyebaran yang luas.
"Pada saat itu saya juga mendukung kebijakan Kapolda Kalteng yang dijabat oleh Irjen Pol Dedi Prasetyo, sehingga persoalan wabah yang merebak ke 13 kabupaten dan satu kota di Kalteng bisa diatasi dengan baik, bersama seluruh pihak terkait," jelasnya.
Saling dukung
Oetari berharap, apa yang telah berhasil dia raih, akan menjadi inspirasi bagi seluruh perempuan di Indonesia, khususnya bagi para Polwan.
Menurut dia, Polwan yang ada di seluruh Indonesia harus belajar dan bekerja bersama, untuk membuat organisasi ini berkembang, serta lebih kuat dalam menghadapi tantangan ke depan.
Polwan juga harus saling mendukung sesama Polwan, karena perempuan maju itu tentunya juga didukung oleh perempuan.
"Saya selalu berprinsip belajar dan terus belajar. Kalau belajar, maka seseorang akan disiplin.
"Disiplin itu menjadi makanan sehari-hari," tegas putri dari pasangan Lukito dan Titik Purnamawati yang tinggal di Probolinggo, Jawa Timur, itu.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022