Dubai (ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Sabtu memperingatkan bahwa Irak berada diambang perang saudara yang mengancam Timur Tengah dan menyatakan kuatir akan pengaruh Iran yang beraliran Syiah di dunia Arab. "Kini secara efektif Irak dimabang perang saudara," kata Mubarak kepada stasiun teleivis Al Arabuya . "Jika Amerika kini meninggalkan negara itu hal tersebut akan dapat menimbulkan malapetaka karena perang akan menjadi semakin buruk dan Iran dan negara-negara lainnya akan campurtangan dan negara itu akan menjadi ajang perang saudara dan teror akan melanda tidak hanya Irak tapi juga seluruh kawasan itu." Seorang pembom bunuh diri membunuh enam jemaah Syiah selatan Baghdad, Sabtu sehari setelah 79 jemaah tewas dalam tiga serangan bunuh diri terhadap masjid-masjid Syiah. "Saya tidak tahu kapan situasi Irak akan stabil. Saya pribadi tidak melihat satu solusi atas masalah di Irak, yang kini secara praktis hancur," kata Mubarak. Ia mengatakan situasi Irak menjadi semakin buruk akibat pertikaian antara kelompok Syiah, Sunni dan Kurdi dan kelompok lainnya di sana. Mubarak mengatakan Iran berpengaruh besar atas penduduk mayoritas Syiah Irak dan kelompok Syiah yang tinggal di negara-negara Arab. "Penganut Syiah ada di semua negara kawasan ini, dan Syiah kebanyakan selalu setia pada Iran dan tidak pada negara-negara di mana mereka tinggal," katanya. "Tentu saja Iran memiliki pengaruh atas kaum Syiah yang merupakan 65 persen dari penduduk Irak." Penganut Syiah juga cukup banyak di Bahrain, Kuwait, Lebanon dan Arab Saudi. Teheran memutuskan hubungan diplomatik dengan Kairo setelah Presiden Mesir (waktu itu) Anwar Saddat menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel tahun 1979. Mesir, yang menerima bantuan dana sekitar dua miliar setahun adalah penerima bantuan asing AS terbesar setelah Israel dan Irak, demikian dilaporkan AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006