Kalau kota semakin besar, artinya semua penduduk akan ke pinggir wilayah penyangga. Nah, warga penyangga ke Jakarta harus ada transportasi apakah MRT, LRT, ataupun kereta api. Ketika masuk ke Jakarta dia harus terkoneksi dengan simpul-simpul TOD yang
Jakarta (ANTARA) - Kawasan hunian berbasis transportasi publik atau Transit Oriented Development (TOD) dinilai merupakan solusi untuk penataan perkotaan yang semakin memiliki keterbatasan lahan, seperti di Jakarta.
Menurut pengamat properti Ali Tranghanda dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, hal itu karena TOD mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal, dengan basis transportasi publik di kawasannya.
Selain itu, lanjutnya TOD menjadi relevan saat ini karena membuat waktu dan aktivitas masyarakat yang bekerja di kota, menjadi tidak banyak terbuang di jalan karena macet.
"Kalau kota semakin besar, artinya semua penduduk akan ke pinggir wilayah penyangga. Nah, warga penyangga ke Jakarta harus ada transportasi apakah MRT, LRT, ataupun kereta api. Ketika masuk ke Jakarta dia harus terkoneksi dengan simpul-simpul TOD yang lebih lengkap," katanya.
Hunian vertikal TOD seperti itu, tambahnya, akan menjadi nilai tambah yang layak diperhitungkan untuk investasi ke depannya.
Menurut Analis Perekonomian Subbidang Perkeretaapian, Kedeputian Bidang Kemaritiman dan Investasi, Sekretariat Kabinet RI Mayke Kristika Antony Putri semakin kompleksnya kemacetan lalu lintas dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan akibat konsumsi BBM secara berlebih memerlukan solusi konkret yang dapat meminimalkan ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan pemanfaatan transportasi publik.
“Salah satu solusinya yaitu merancang pembangunan kawasan berbasis Transit Oriented Development (TOD)," katanya seperti dikutip dari laman setkab.go.id.
Konsep TOD mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan, dan ruang publik melalui konektivitas yang mudah dengan berjalan kaki ataupun bersepeda serta terintegrasi dengan transportasi publik ke seluruh kota.
Merujuk Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, Mayke mengatakan konsep kawasan TOD merupakan perancangan kota yang berkelanjutan untuk masyarakat dan dapat menjadi salah satu alternatif perancangan kota untuk pertumbuhan perekonomian daerah karena menggabungkan area hunian dengan komersial.
Dikatakannya, perkembangan kota yang berorientasi TOD berpotensi untuk mengurangi biaya transportasi rumah tangga dan mengatasi permasalahan lingkungan. Prinsip TOD menempatkan sarana komersial, permukiman, perkantoran, fasum dan fasos dalam jarak tempuh yang dekat.
"Beberapa negara di Amerika Latin, Jepang, Hongkong dan Singapura sudah menerapkan konsep hunian TOD,” ujarnya.
Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) menjelaskan konsep TOD memiliki sejumlah manfaat seperti meningkatnya angka pemakaian transportasi publik sehingga tingkat kemacetan menurun karena jumlah kendaraan tidak lagi melebihi kapasitas jalan sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan karena penggunaan bahan bakar dan emisi berkurang.
Baca juga: Rukita-MRT kolaborasi hadirkan hunian terjangkau di TOD Jakarta
Baca juga: Pengembang sebut permintaan terhadap hunian berbasis TOD tinggi
Baca juga: KAI dan Jakpro teken MoU kelola kawasan TOD stasiun LRT Jabodebek
Baca juga: DPR dorong perbanyak pembangunan rusun berbasis TOD
Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022