Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa gempa yang mengguncang Jayapura, Papua, pada Kamis pukul 18.34 WIB dengan magnitudo 5,2 merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
Plt. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG di Jakarta, Kamis malam, menyampaikan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)," katanya.
Baca juga: Menteri PUPR minta peneliti hasilkan banyak teknologi rekayasa gempa
Ia menambahkan, hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo 5,1.
Episenter gempa bumi, menurut dia, terletak pada koordinat 2,36 lintang selatan (LS), 140,03 bujur timur (BT), atau tepatnya berlokasi di darat 72 kilometer timur laut Kabupaten Jayapura, Papua, pada kedalaman 18 kilometer.
Ia mengemukakan, gempa di Jayapura itu berdampak dan dirasakan di daerah Sentani dan Genyem dengan skala intensitas III MMI (Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan truk berlalu), daerah Jayapura dengan skala intensitas II-III MMI (Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Baca juga: BMKG bentuk Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Hingga pukul 19.05 WIB, Daryono mengatakan, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
"Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tuturnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Baca juga: Kepala BMKG ingatkan potensi gempa "megathrust" 8,7 bukan ramalan
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022