Banjarmasin (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla mendukung rencana pembuatan pabrik pengolahan bijih besi untuk diolah menjadi bahan baku baja (pellet) yang akan dibangun PT Krakatau Steel untuk mendukung pabrik baja BUMN tersebut di Cilegon, Banten. "Pasar baja kita masih bisa berkembang, di sini masih ada bahan baku, kemampuan ada, tinggal pembiayaan yang perlu ditata. Sehingga tidak mungkin lagi kita mundur dari program ini," kata Wapres di ruang VIP Bandar Udara Syamsuddin Noor, Banjarmasin, Sabtu petang. Beberapa saat sebelumnya, Kepala Pusat Sumber Daya Geologi Departemen ESDM, Dr. Hadianto, dan Dirut PT Krakatau Steel, Daenulhay, memaparkan mengenai cadangan serta potensi bijih besi dan batubara di Indonesia, serta pengembangan industri baja berbasis pemanfaatan bijih besi lokal. Rencananya, PT Krakatau Steel akan membuat pabrik pellet di beberapa tempat, antara lain di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, dan Sulawesi Tenggara. Diharapkan pada tahun 2008 pabrik pellet tersebut sudah dibangun. Pembanguna pabrik di Kalbar membutuhkan 19 juta dolar, Kalsel 119 juta dolar, Sultra 158 juta dolar AS, dan Bangka Belitung 35,2 juta dolar. Pabrik di Kalsel dan Sutra lebih mahal karena kapasitasnya lebih dari satu juta ton per tahun, sedangkan yang lain di bawah 100.000 ton. PT Krakatau Steel sudah melakukan survei pendahuluan di lokasi yang diduga mengandung biji besi, melakukan pengkajian teknologi yang tepat untuk pengolahan bijih besi lokal serta melakukan percobaan menggunakan bijih besi lokal secara langsung di pabrik baja. Wapres mengatakan, Cina yang mengimpor bahan baku bijih besi dan batu bara dari Indonesia bisa menjual baja lebih murah. Seharusnya, kata dia, Indonesia harus bisa lebih mampu memproduksi baja dibanding Cina. Wapres menyarankan agar pihak-pihak terkait membuat tim nasional yang terdiri dari tenaga-tenaga dalam negeri untuk mempersiapkan pembangunan pabrik tersebut. "Cukup cari satu penasehat dari luar untuk mengecek atau mengaudit yang dihasilkan oleh tim nasional tersebut. Sekarang sudah saatnya kita lupakan memakai tenaga `bule-bule` itu (tenaga asing)," katanya. Sementara itu Hadianto mengatakan, cadangan untuk bijih besi di Indonesia masih cukup besar yaitu 80 juta ton sedangkan untuk logam sekitar 18 juta ton. Di Kalimantan Selatan, ada sekitar tujuh kabupaten yang mengandung bijih besi tetapi potensinya masih perlu dikaji lagi. Sedangkan Daenulhay mencanangkan Krakatau Steel pada 2020 menjadi pemain baja yang terkemuka di era globalisasi. Pada 2008 Krakatau Steel juga mencanangkan sebagai perusahaan yang unggul dalam biaya produksi. Daenulhay mengatakan, pada tahun 2005 Krakatau Steel mengeluarkan dana 285 juta dolar AS untuk membeli pellet untuk memenuhi bahan baku pabrik yang berkapasitas 2,5 juta ton itu. Untuk pabrik dengan kapasitas 2,5 juta ton tersebut diperlukan bahan baku 5,7 juta ton bijih besi. Perusahaan akan ekspansi sehingga kapasitas menjadi 4,3 juta ton. Untuk itu dibutuhkan bijih besi sebanyak 9,9 juta ton.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006