Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjanjikan kepada Pemerintah Belanda bahwa Indonesia akan segera memberikan fasilitas Visa on Arrival (VoA) bagi masyarakat bisnis dan turis asal Belanda yang akan mengunjungi Indonesia. Dalam jumpa pers bersama PM Belanda, Jan Peter Balkenende di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu, Presiden Yudhoyono mengatakan, VoA tersebut akan diberikan dalam upaya peningkatan hubungan kedua negara di bidang perekonomian dan pariwisata. "Indonesia sesungguhnya telah melakukan review tentang kebijakan visa yang berlaku bagi warga negara Belanda. Dalam waktu dekat sesuai review yang kami lakukan untuk Belanda dan negara lain akan mengarah pada pemberian visa on arival," kata Yudhoyono. PM Belanda menyatakan terima kasihnya atas kebijakan Pemerintah Indonesia untuk menerapkan VoA kepada Belanda, yang diyakininya dapat meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan Belanda dan Indonesia. "Saya rasa visa on arival ini akan lebih mempermudah hubungan dua negara, terutama dalam bidang investasi," ujar Balkenende. Namun ketika menjawab pertanyaan wartawan, Presiden belum menyebutkan kapan VoA bagi Belanda itu sudah dapat diterapkan. "Jangan lihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk berikan, tapi pada komitmen kami menyelasaikan masalah yang kompleks tersebut...Saya yakin dalam waktu dekat akan ada kebijakan terhadap sejumlah negara terkait pemberian visa on arival," kata Yudhoyono. Menurut catatan, hingga 31 Maret 2005, sudah 36 negara yang mendapat kebijakan memperoleh visa on arival. Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Argentina, Brazil, Denmark, Uni Emirat Arab, Finlandia, Hungaria, Kerajaan Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Korea Selatan. Selain itu, ada Norwegia, Perancis, Polandia, Swiss, Selandia Baru, Taiwan, Oman, Austria, Belgia, India, Irlandia, Kuwait, Luksemburg, Maladewa, Mesir, Portugal, Qatar, Cina, Rusia, Arab Saudi, dan Spanyol. Dalam pertemuan bilateral yang dilakukan delegasi PM Belanda dan Presiden Indonesia pada Sabtu, kata Yudhoyono, kedua belah pihak antara lain membahas masalah kerjasama perdagangan dan ekonomi. Nilai investasi Belanda di Indonesia pada 2005 telah mencapai 472 juta dolar AS, meningkat dari periode sebelumnya yang tercatat 260 juta dolar AS. "Kita berharap ditingkatkan. Sejalan dengan upaya Pemerintah Indonesia meningkatkan makro ekonomi dan iklim investasi, masih banyak potensi investasi yang bisa dilakukan," kata Yudhoyono. Peningkatan juga diharapkan Kepala Negara berlanghsung pada bidang perdagangan kedua negara, yang pada tahun 2005 volume perdagangannya mencapai 2,6 miliar dolar AS. Selain tentang hubungan ekonomi kedua negara, PM Balkenende dan Presiden Yudhoyono juga membahas berbagai masalah lainnya, termasuk pendidikan, dialog antar-agama, kerjasama penanganan terorisme dan kejahatan transnasional, perkembangan politik di kawasan dan internasional "termasuk isu Israel-Palestina" serta otonomi khusus di Papua. Perdana Menteri Belanda menegaskan lagi posisi Belanda yang mengakui secara penuh Hari Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 serta kedaulatan RI atas Papua. Balkenende menyatakan bahwa masalah Papua, termasuk penangannya melalui otonomi khusus yang diterapkan Pemerintah Indonesia terhadap Papua, adalah sepenuhnya tanggung jawab dan masalah dalam negeri Indonesia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006