baru 30 persen dari tenant kami yang joint

Jakarta (ANTARA) - Mal Grand Indonesia mengklaim telah mengolah limbah minyak jelantah hasil dari bekas penggorengan berbagai tenant menjadi produk biodiesel sebagai bahan bakar minyak ramah lingkungan.

Manajer Komunikasi Korporat Grand Indonesia Dinia Widodo mengatakan inovasi itu merupakan usaha dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui upaya mengurangi pencemaran limbah jelantah.

"Tahun 2021, kami mengumpulkan 9.242 liter jelantah yang kemudian diubah menjadi 4.621 liter biodiesel," ujarnya dalam dialog konservasi misi lestari laut di West Mall Grand Indonesia, Jakarta, Rabu.

Dinia menjelaskan pihaknya mengumpulkan limbah jelantah dari tenant-tenant restoran di mal Grand Indonesia. Jumlah yang terkumpul tahun lalu berasal dari 30 persen tenant.

Menurutnya, limbah jelantah yang sudah terkumpul itu dikirim ke Belanda untuk diolah menjadi biodiesel. Program pengolahan jelantah menjadi produk biodiesel sudah berlangsung cukup lama sejak tahun 2019, tapi karena pandemi tidak banyak tenant yang ikut, bahkan ada tenant yang sempat berhenti mengumpulkan jelantah.

"Ini kalau enggak salah baru 30 persen dari tenant kami yang joint. Bisa dibayangkan kalau semuanya bisa ikut jumlahnya akan lebih banyak," terang Dinia.

Baca juga: Riset: Jakarta potensial pasok 20 persen biodiesel minyak jelantah
Baca juga: DLHK Pekanbaru olah minyak jelantah jadi biodisel

Baca juga: Pakar ekonomi sebut program B30 layak dilanjutkan

Berdasarkan hasil penelitian Agonne National Laboratory di Illinois, Amerika Serikat, biodiesel menghasilkan 78 persen lebih sedikit emisi gas rumah kaca dibandingkan bahan bakar minyak jenis solar.

Bahan bakar alternatif itu hanya menghasilkan 2.661 gram karbondioksida per galon ukuran 3,78 liter, sedangkan solar menghasilkan 12.360 gram karbondioksida per galon.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat Indonesia termasuk salah satu negara pengguna minyak sawit terbanyak di dunia yakni 16,2 juta kiloliter per tahun, sehingga mampu menghasilkan potensi minyak jelantah 3 juta kiloliter untuk memenuhi 32 persen kebutuhan biodiesel nasional.

Pemanfaatan jelantah menjadi biodiesel dipandang sebagai cara yang tepat untuk memperkuat ketahanan energi nasional, menyelamatkan lingkungan dari bahaya limbah, serta memangkas kuota impor bahan bakar fosil.

Baca juga: Gaikindo sebut pengembangan biodisel kebijakan yang tepat

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022