Jakarta (ANTARA) - Perancang busana Denny Wirawan menyelenggarakan pagelaran busana tunggal bertajuk "Langkah Spring Summer Collection 2023" sebagai salah satu perayaan 25 tahun dia berkarya di dunia fesyen.
“Jadi nama 'Langkah' itu diambil karena memang kita memulai sesuatu itu pasti dari langkah pertama ya. Tapi di sini saya juga berharap langkah pertama ini juga menjadi langkah-langkah saya berikutnya untuk bisa terus melanjutkan karya saya," kata Denny saat dijumpai di Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu.
Meskipun sudah 25 tahun berkarya dan pernah melangsungkan banyak pagelaran busana, Denny mengaku masih tetap merasa grogi saat menggelar pagelaran tunggalnya, termasuk pagelaran kali ini.
Baca juga: Denny Wirawan nilai busana karya siswa SMK Kudus bisa tembus nasional
Baca juga: Tantangan Denny Wirawan siapkan motif busana "Niti Senja"
Namun Denny berpendapat rasa grogi itu perlu dia rasakan sebagai tanda bahwa dia bersemangat dan sepenuh hati dalam menyiapkan pagelaran busananya.
"Selalu ada dan harus ada (rasa grogi), kalau nggak ada berarti kita kurang bersemangat dengan apa yang kita lakukan,” ujar Denny.
Wastra Bali
Dalam koleksi “Langkah”, Denny mengangkat berbagai wastra dari Bali yang dihadirkan dalam 52 looks melalui berbagai jenis kain Bali di antaranya kain tenun endek, kain gringsing dan kain songket yang dia padukan dengan kain batik kudus.
Seluruh material yang digunakan didapatkan Denny langsung dari tangan perajin di berbagai pelosok Bali.
Gelaran busana tunggal ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian pertama, Denny menampilkan koleksi busana siap pakai yang banyak menggunakan tenun endek. Sebagian besar proses pewarnaan kain tenun endek ini dijelaskan Denny menggunakan pewarna alam sehingga turut mendukung upaya ramah lingkungan di Singaraja.
Pada bagian kedua, Denny memilih kain gringsing yang didapatkan dari perajin di Karangasem untuk dipadukan bersama batik kudus. Proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu membuat Denny kemudian mengkreasikannya tanpa memotong helaian kain gringsing tersebut.
Kemudian bagian ketiga, Denny menggunakan kain songket Bali. Selain memilih kain songket dengan pewarnaan alam, ada pula kain songket yang dibuat dengan prinsip fesyen berkelanjutan pada material benangnya.
Sebagai pelengkap keseluruhan koleksi, Denny pun membuat perhiasan yang terinspirasi dari perhiasan khas Bali yang dikreasikan dengan lebih modern oleh perajin perhiasan yang ada di Solo, perajin yang ada di Celuk dan Bangli, Bali.
Melalui gelaran kali ini, Denny berharap dia masih terus memiliki kesempatan untuk melahirkan karya serta mengangkat budaya dan melestarikan kain-kain Indonesia.
“Saya sih belum apa-apa mengerjakan kain-kain ini. Jadi saya masih ingin sebanyak mungkin mengeksplor dari banyak daerah di Indonesia,” pungkasnya.
Baca juga: Mengenal fesyen sirkular, siklus yang mengubah dinamika dunia mode
Baca juga: Perubahan gaya hidup yang berikan dampak nyata bagi bumi
Baca juga: Denny Wirawan tampilkan 44 busana dalam gelaran "Niti Senja"
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022