Pekalongan (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak para pelajar Kota Pekalongan, Jawa Tengah, untuk menghargai perbedaan sikap yang ada dan tidak merasa benar sendiri dari yang lain.
"Kami tidak ingin lulusan madrasah ketika terjun ke masyarakat memiliki sikap yang eksklusif yakni sikap yang merasa benar dari yang lain, tidak menghargai perbedaan baik agama, suku, bangsa, maupun bahasa pada masyarakat," katanya di Pekalongan, Rabu.
Baca juga: Menag: Keluarga jadi madrasah pembentukan karakter generasi bangsa
Hal itu disampaikan Menag Yaqut Cholil Qoumas pada acara "Ngobrol Pendidikan (Ngopi)" bersama siswa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kota Pekalongan, Rabu.
Ia mengatakan menguatnya arus digitalisasi pada era teknologi saat ini membuat beberapa masyarakat mudah terpapar aliran yang konservatif.
Namun demikian, kata Menag, pihaknya memastikan temuan intoleransi tersebut belum mengakar di masyarakat.
Baca juga: Kemenag dorong implementasi pendidikan ramah anak di madrasah
"Tadi saya mendengarkan lagu mars madrasah, di mana salah satu syairnya mengingatkan pada semboyan Kementerian Agama 'Ikhlas Beramal'," katanya.
Menurut dia, madrasah bagian dari Kementerian Agama yang diorientasikan sebagai pelayanan keagamaan dan pendidikan di semua agama, bukan hanya agama Islam.
Yaqut Cholil menilai dari semangat syair mars madrasah itu menunjukkan bahwa anak didik madrasah khususnya siswa Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) Kota Pekalongan disiapkan untuk menerima perbedaan yang ada.
Baca juga: Menag: Transformasi digital mesti segera diimplementasikan di madrasah
"Konsekuensi mars yang dinyanyikan mereka ini harus benar-benar menjadi orang yang mencirikan sebagai Bangsa Indonesia yaitu menerima takdir bahwa Indonesia secara kodratnya memang berbeda-beda suku, bangsa, agama, dan bahasa, dan mampu hidup damai bersama-sama," katanya.
Pewarta: Kutnadi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022