Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) UNS Raychana Robbi Rodhiyah di Solo, Jawa Tengah, Rabu, mengatakan anak autis yang sedang temper tantrum memiliki kesempatan untuk melakukan hal membahayakan lebih besar ketika dalam posisi berdiri daripada posisi duduk atau berbaring.
Baca juga: Akademisi UNS: Perlu edukasi terkait penggunaan obat tradisional
Oleh karena itu, ia bersama tim menyusun judul penelitian Strategi Penanganan Temper Tantrum pada Anak Autis dengan Metode Pelukan dan Pengaturan Posisi Tubuh.
"Penelitian ini dilakukan dengan harapan terdapat strategi baru penanganan temper tantrum, dengan penggabungan strategi pendekatan fisiologis dan spiritual yang dapat dilakukan baik oleh orang tua maupun guru," katanya.
Baca juga: UNS siapkan tradisi pemberian penghargaan dosen berprestasi riset
Menurut dia, hal itu penting dilakukan mengingat temper tantrum pada anak autis cukup sering terjadi.
"Temper tantrum merupakan salah satu bentuk perilaku anak autis yang eksesif, seperti menjerit, menggigit, memukul, mencakar, merusak barang, menendang, menyakiti diri sendiri atau orang lain," katanya.
Baca juga: Dokter spesialis UNS: Orang awam bisa bantu tangani jantung berhenti
Ia mengatakan kondisi autisme dapat memengaruhi berbagai kemampuan seperti sosialisasi, komunikasi, perilaku berulang atau repetitif, emosi, dan gangguan perkembangan lainnya.
"Ini menjadikan temper tantrum tersebut perlu mendapatkan perhatian yang khusus," katanya.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022