London (ANTARA) - Kenaikan harga-harga energi akan menambah tekanan harga pada konsumen di negara berkembang Eropa, Asia Tengah dan Afrika utara, Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) mengatakan pada Rabu, sementara juga memangkas perkiraan pertumbuhan 2023 untuk wilayah tersebut.

Inflasi di wilayah EBRD, yang mencakup sekitar 40 ekonomi yang membentang dari Kazakhstan hingga Hongaria dan Tunisia, mencapai rata-rata 16,5 persen pada Juli, tingkat yang terakhir terlihat pada 1998, berdasarkan laporan terbaru bank yang diterbitkan pada September.

Harga gas di Eropa berjalan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan level 2021 di tengah berkurangnya pasokan dari Rusia dan beberapa gangguan dalam pengiriman dari Ukraina. Tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat lebih lanjut dengan harga-harga produsen mendahului harga-harga konsumen.

"Rumah tangga masih belum sepenuhnya menghadapi dampak kenaikan biaya energi, karena pemerintah telah menanggung beban ini," kata kepala ekonom EBRD Beata Javorcik kepada Reuters. "Lebih banyak rasa sakit akan datang."

Polandia, Kroasia, dan Montenegro adalah beberapa negara yang menerapkan subsidi energi mulai dari pemotongan pajak hingga pembayaran satu kali untuk mengurangi dampak perang Rusia di Ukraina terhadap harga energi.

Konsumsi gas perlu "dibatasi tajam dalam jangka pendek" jika pasokan dari Rusia ke Eropa benar-benar terputus, kata EBRD, meskipun skenario dasar bank dimodelkan pada "gangguan signifikan".

Sementara makanan telah menjadi pendorong inflasi yang penting di wilayah EBRD, Javorcik tidak memperkirakan ini akan memicu kerusuhan sosial, menunjuk pada harga gandum yang kembali ke tingkat yang terakhir terlihat sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, berdasarkan laporan tersebut.

Bank memperkirakan ekonomi di seluruh wilayah akan tumbuh 2,3 persen pada 2022 - 120 basis poin di atas perkiraan Mei - berkat paruh pertama tahun yang lebih kuat ketika rumah tangga menghabiskan tabungan yang terakumulasi selama penguncian COVID-19 meskipun ada penurunan upah riil.

Tetapi berkurangnya pasokan gas Rusia mendorong bank untuk memangkas proyeksi pertumbuhan 2023 menjadi 3,0 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,7 persen.

PDB Ukraina diperkirakan akan berkontraksi 30 persen pada tahun 2022, sementara ekonomi Rusia akan menyusut 5,0 persen dari perkiraan 10 persen sebelumnya.

"Bukan rahasia lagi bahwa sanksi terhadap energi tidak seefektif itu," kata kepala ekonom itu.

Pertumbuhan untuk Turki, penerima tunggal dana EBRD terbesar, telah direvisi naik menjadi 2,5 persen dari 2,0 persen untuk 2022 sementara pertumbuhan tahun depan dikonfirmasi sebesar 3,5 persen.

Laporan tersebut mencatat bahwa 88 persen bank sentral di wilayah EBRD menaikkan suku bunga antara Mei 2021 dan Juli 2022.

Javorcik mengatakan "beberapa ruang untuk kenaikan mungkin tersisa" sebagai tanggapan terhadap tekanan inflasi, tetapi banyak yang akan bergantung pada ketidakpastian pasokan energi dan perlambatan ekonomi yang sudah ada.

Baca juga: Deutsche Bank perkirakan ECB naikkan bunga 75 basis poin lagi Oktober

Baca juga: Bank Sentral Eropa naikkan bunga 75 basis poin, demi perangi inflasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022