Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir lebih dari satu persen di perdagangan Asia pada Rabu sore, tertekan oleh penguatan dolar dan peningkatan penyimpanan minyak mentah yang mengimbangi dukungan dari pengurangan produksi AS yang disebabkan oleh Badai Ian.
Minyak mentah berjangka Brent merosot 1,02 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 85,25 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 97 sen atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 77,53 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan telah meningkat lebih dari dua persen di sesi sebelumnya.
Dolar mencapai puncak baru dua dekade terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada Rabu, karena kenaikan suku bunga global memicu kekhawatiran resesi. Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak sebab membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Pasar saham Asia merosot karena melonjaknya biaya pinjaman memicu kekhawatiran resesi global, mendorong investor berlindung di mata uang aman dolar.
"Dengan penurunan pasar Asia karena lonjakan imbal hasil obligasi, prospek permintaan minyak menjadi suram di tengah kemungkinan mendekati resesi ekonomi," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
"Fokus pedagang bukan pada masalah pasokan saat ini karena gejolak pasar obligasi menenggelamkan aset berisiko, bersama dengan dolar AS yang sangat tinggi, yang menekan harga minyak," tambah Teng.
Stok minyak mentah AS naik sekitar 4,2 juta barel untuk pekan yang berakhir 23 September, sementara persediaan bensin turun sekitar 1 juta barel, menurut sumber pasar pada Selasa (27/9/2022), mengutip data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API).
Stok sulingan naik sekitar 438.000 barel, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim. Laporan tersebut muncul menjelang data resmi dari Badan Informasi Energi AS yang akan dirilis pada Rabu pukul 16.30 waktu setempat.
Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak 2023 pada Selasa (27/9/2022), karena ekspektasi permintaan yang lebih lemah dan dolar AS yang lebih kuat, tetapi mengatakan kekecewaan pasokan global hanya memperkuat prospek bullish jangka panjangnya.
Sementara itu, produsen mulai mengembalikan pekerja ke anjungan minyak lepas pantai setelah menghentikan produksi menjelang Badai Ian, yang memasuki Teluk Meksiko AS pada Selasa (27/9/2022) dan diperkirakan akan menjadi badai Kategori 4 yang berbahaya di atas perairan hangat Teluk.
Sekitar 190.000 barel per hari produksi minyak atau 11 persen dari total produksi Teluk yang ditutup, menurut regulator lepas pantai Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan (BSEE).
Produsen kehilangan 184 juta kaki kubik gas alam atau hampir 9,0 persen dari produksi harian. Personil dievakuasi dari 14 platform produksi dan rig, kata BSEE.
Ian adalah badai pertama tahun ini yang mengganggu produksi minyak dan gas di Teluk Meksiko AS, yang memproduksi sekitar 15 persen minyak mentah Amerika Serikat dan 5,0 persen gas alam keringnya.
Baca juga: Wall St berakhir beragam, S&P 500 jatuh ke level terendah dua tahun
Baca juga: Emas sedikit menguat setelah reli dolar terhenti dan saham AS jatuh
Baca juga: Rupiah melemah seiring ekspektasi The Fed masih akan agresif
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022