Jakarta (ANTARA) - Peringatan 100 tahun Perhimpunan Indonesia diselenggarakan di Kota Leiden, Belanda, dan dihadiri oleh dua putri proklamator kemerdekaan RI Mohammad Hatta dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar.
Berdirinya perhimpunan itu, yang bermula dari organisasi mahasiswa dan pelajar dari Indonesia di Belanda sejak 1908, dimaknai sebagai tonggak sejarah penting dan diperingati melalui pameran dan sarasehan guna memantik kampanye kesadaran publik tentang lini masa monumental bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sarasehan tersebut dilaksanakan secara luring dan daring pada 24 September 2022 untuk menjangkau publik di tanah air dan jaringan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di seluruh dunia.
“PPI perlu menuangkan visi untuk meneruskan sejarah. PPI harus menggunakan seluruh potensi yang ada untuk menulis sejarahnya sendiri. PPI memiliki tugas penting untuk menjadi penerus dari Perhimpunan Indonesia dan perjuangannya di masa kolonial, terutama menjaga semangat nasionalisme. PPI perlu mengombinasikan aktivitas sosial dengan refleksi sejarah untuk menjaga dan meneruskan semangat perjuangan Perhimpunan Indonesia,” kata salah satu putri Bung Hatta, Meutia Hatta, dalam sarasehan tersebut seperti dikutip dalam keterangan tertulis KBRI Den Haag, Selasa.
Untuk menambah bobot diskusi, terutama dalam konteks peran dan kontribusi pelajar dan pemuda dalam pembangunan berkelanjutan, Ketua OJK Mahendra Siregar juga menyampaikan pidatonya.
“Peran PPI dan diaspora adalah untuk mendorong upaya-upaya dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, di antaranya dengan menjaga perekonomian dan pembangunan berkelanjutan, mendorong prinsip-prinsip ESG (environment, social, governance), dan meningkatkan kualitas SDM Indonesia sehingga semakin produktif, inovatif, dan kreatif,” tutur Mahendra.
Sarasehan tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh dan ahli sejarah seperti peneliti senior KITLV Dr Harry A Poeze serta sejarawan, kurator museum, sekaligus pemimpin redaksi Historia.id Bonnie Triyana.
Acara peringatan seabad Perhimpunan Indonesia terselenggara atas kerja sama KBRI Den Haag, PPI Belanda, PPI Kota Leiden, KITLV, Ikatan Alumni Nederland (IKANED), dan Historia.id.
Melalui refleksi sejarah itu, Duta Besar RI untuk Belanda Mayerfas mengajak seluruh pemangku kepentingan, yang meliputi PPI, alumni, diaspora, dan masyarakat luas, untuk menggunakan kesempatan itu guna memperbarui komitmen dan memperkuat rasa kebangsaan.
Dan yang terpenting, kata dia, adalah menyatukan visi dan langkah untuk bersama-sama berupaya mewujudkan Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur.
Sarasehan itu dipandu oleh Puji Lestari dari KBRI Den Haag dan Louie Buana, kandidat PhD di Universitas Leiden, dan menghadirkan diskusi terbuka dengan panel yang terdiri dari perwakilan PPI Belanda (Risyad Ammar Natadiningrat), Koordinator PPI Dunia (Achyar Al Rasyid), Direktur KITLV (Diana Suhardiman), perwakilan IKANED (Rully Sukarta), serta dua tokoh pemuda diaspora inspiratif (Noah Fanoembi dan Noel Silalahi).
Di Gedung Lipsius Universitas Leiden, tempat penyelenggaraan acara, juga digelar pameran yang bertema napak tilas jejak perjuangan dan aktivitas Perhimpunan Indonesia di Belanda yang dikurasi oleh tim dari Historia.id.
Baca juga: Indonesia dan Belanda bahas pentingnya penerapan keadilan restortif
Baca juga: Indonesia dan Belanda buka peluang kerja sama di bidang film dan gim
Baca juga: Dubes RI: Tong Tong Fair wujud kedekatan Indonesia-Belanda
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022