Jakarta (ANTARA) - Kanselir Jerman Olaf Scholz teruji positif COVID-19, demikian disampaikan oleh juru bicara pemerintah Steffen Hebestreit pada Senin (26/9).
Scholz, yang mengalami gejala flu ringan, "langsung menjalani isolasi," kata Hebestreit.
Agenda publik Scholz pekan ini akan dibatalkan, tetapi kanselir Jerman itu masih akan berpartisipasi secara virtual dalam pertemuan dengan para perdana menteri negara bagian federal pada Rabu (28/9).
Pada Minggu (25/9), Scholz kembali dari perjalanan selama dua hari ke negara-negara Teluk, yaitu Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Dengan terputusnya suplai gas dari Rusia, yang sebelumnya berperan sebagai sumber energi utama, Jerman secara aktif mencari kemitraan baru di bidang suplai energi.
Jerman mencatat peningkatan dalam kasus infeksi COVID-19, dengan tingkat kemunculan kasus selama periode tujuh hari per 100.000 penduduk naik menjadi 293,6 infeksi pada Senin. Angka ini sekitar 50 kasus lebih banyak dibanding sepekan yang lalu, menurut Institut Robert Koch untuk penyakit menular.
"Ada kemungkinan gelombang musim gugur akan datang, tetapi penyebarannya meningkat secara perlahan," ujar Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach di Twitter pada Minggu.
Komite Tetap Jerman untuk Vaksinasi merekomendasikan penyuntikan dosis penguat (booster) yang disesuaikan dengan varian Omicron baru untuk kelompok masyarakat tertentu, seperti warga yang berusia di atas 60 tahun.
Dari 69,4 juta orang dewasa di Jerman yang berusia 18 tahun ke atas, sekitar 85 persen di antaranya sudah divaksinasi COVID-19. Lebih dari 72 persen telah menerima satu dosis booster, sementara sekitar 11 persen telah menerima dua suntikan booster, menurut data resmi. Selesai
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022