Jakarta (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Belanda Dr Jan Peter Balkenende menegaskan, Islam bukanlah "bahaya" dan agama bukanlah pemisah, melainkan perekat umat manusia dan karenanya, umat Kristiani dan Muslim di dunia harus terus bekerjasama dengan lebih keras lagi. "Tindakan yang menyakitkan saya kalau ada orang melihat satu agama, semisal Islam, sebagai sebuah bahaya. Islam bukanlah bahaya. Orang-orang yang menyalahgunakan (ajaran) Islam untuk menyebar teror, itulah bahaya," katanya dalam ceramahnya tentang "dialog antar agama dan budaya" di depan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Ciputat, Jumat. PM Balkenende dan rombongan tiba di kampus Universitas Islam Negeri terbesar di Indonesia itu sekitar Pukul 13.30 WIB. Bagi kepala pemerintahan Belanda itu, agama bukanlah ketakutan, melainkan dorongan. Agama bukan pula tentang mengusir, tetapi tentang menyambut kedatangan orang. Agama bukan juga tentang kekerasan dan represi, melainkan tentang persuasi dan dialog. Kekerasan terorisme dan ketidaktoleranan kelompok militan, seperti yang terjadi di banyak belahan dunia, seperti Asia, Timur Tengah, Eropa dan Amerika Serikat, telah menewaskan ribuan orang. Sebagian besar korbannya adalah Muslim, katanya. "Intoleransi militan mempengaruhi semuanya. Pria, wanita dan anak-anak. Muslim, Kristen, Yahudi, dan orang-orang dengan kepercayaan lain," kata PM Balkenende. Di Belanda, setahun lalu, Sineas Theo van Gogh tewas di tangan seorang anak muda yang berdalih bahwa "agamanya membolehkan dirinya untuk melakukan itu". Akibatnya, emosi masyarakat Belanda meninggi, katanya. Agama jangan menjadi pemisah diri manusia. Di Protestant Free University tempatnya menimba ilmu, terdapat unit mengenai Islam dan hubungan Kristen-Islam, katanya. Di Belanda pun, pemerintah terus berupaya menyelamatkan berbagai kelompok masyarakat dari terjerembab ke dalam sikap abai dan kebencian, katanya. Di Indonesia pun, berbagai pihak terus berupaya memperkuat kohesi sosial, keamanan, keterbukaan, dan toleransi. "Saya senang kita bekerjasama secara erat tidak hanya, misalnya, dalam Pusat Kerjasama Penegakan Hukum Jakarta, tetapi juga dalam bidang proyek-proyek pendidikan, manajemen, dan sosial," katanya. Kerjasama yang baik ini harus dilanjutkan. Sebagai Kristiani dan Muslim, Indonesia dan Belanda harus menentukan dimana "kita" berdiri, katanya. "Saya berkeyakinan bahwa agama adalah bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah," katanya. Dalam kunjungan dua harinya di Jakarta mulai Jumat, PM Balkenende bertemu berbagai pihak pemerintah dan non-pemerintah. Menurut Juru Bicara Deplu RI, Desra Percaya, peningkatan dialog antaraagama menjadi bagian dari agenda utama kunjungan Balkenende. Sebelum berceramah di depan sivitas akademika UIN Syarif Hidayatullah, ia bertemu sejumlah tokoh Muslim moderat dari NU dan Muhammadiyah dan mengunjungi Madrasah Pembangunan di Ciputat. Seterusnya, ia bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla Jumat sore. Hari Sabtu (8/4), PM Balkenende bertemu Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR) Aceh-Nias, Dr.Kuntoro Mangkusubroto dan Kepala Misi Pemantauan Aceh (AMM), Pieter Feith. Selain itu, PM Balkenende akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menko Polhukam, Widodo AS dan Menko Perekonomian Boediono. Diakhir kunjungannya, ia pun dijadwalkan meletakkan karangan bungan di Pemakaman Menteng Pulo untuk mengenang warga Belanda korban perang. Sebelum mengunjungi Jakarta, PM Balkenende bertemu PM John Howard di Canberra di tengah menghangatnya hubungan Australia-Indonesia akibat pemberian visa menetap sementara kepada 42 pencari suaka politik dari Provinsi Papua. Selama Maret, Indonesia dikunjungi Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condollezza Rice, Presiden Singapura, dan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Dalam kunjungannya di Jakarta, Menlu Condoleezza Rice dan PM Tony Blair juga mengunjungi pesantren.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006