Jakarta (ANTARA) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merupakan peranti untuk mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak akhir pekan lalu hingga hari ini, masih tampak dalam tren koreksi.
Pesimisme investor asing yang melakukan aksi jual saham menyebabkan IHSG kini pun mulai bergerak turun ke arah level psikologis 7.000 dari sebelumnya yang sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa atau all time high 7,377,5 pada pertengahan September lalu.
Arus keluar modal asing terjadi seiring dengan kebijakan moneter agresif bank sentral baik di global maupun domestik. Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) baru saja kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bps) untuk ketiga kalinya berturut-turut menjadi ke level 3-3,25 persen dan diperkirakan masih akan tetap agresif mengingat belum menjinaknya inflasi di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga tanpa diduga menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen, di atas konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan hanya 25 bps.
Berdasarkan data BEI, pada Senin (26/9), asing mencatatkan aksi jual saham senilai Rp1,3 triliun, melanjutkan aksi jual saham pada akhir pekan lalu yang mencapai Rp768 miliar. Kendati demikian, IHSG sendiri secara year to date masih tercatat tumbuh 7,87 persen per 27 September 2022
Di sisi lain, animo perusahaan untuk go public melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di BEI hingga awal paruh kedua tahun ini masih relatif tinggi. Hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di bursa, dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp21,8 triliun.
Mempertimbangkan jumlah perusahaan dalam daftar atau pipeline pencatatan saham, jumlah pencatatan saham pada tahun ini diharapkan dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu. Sepanjang 2021, BEI mencatat ada 54 perusahaan yang melakukan IPO.
Sampai 19 September 2022, terdapat 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Berdasarkan klasifikasi aset perusahaan, terdapat empat perusahaan aset skala kecil atau aset di bawah Rp50 miliar, tujuh perusahaan aset skala menengah atau aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan 18 perusahaan aset skala besar atau aset di atas Rp250 miliar.
Adapun dari rincian sektornya, antara lain, satu perusahaan dari sektor barang baku, empat perusahaan dari sektor barang konsumen non-primer, tiga perusahaan dari sektor barang konsumen primer, dua perusahaan dari sektor energi, dua perusahaan dari sektor keuangan, empat perusahaan dari kesehatan, dua perusahaan dari sektor perindustrian, satu perusahaan dari sektor infrastruktur, satu perusahaan dari sektor properti dan real estat, lima perusahaan dari sektor teknologi, serta empat perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
Pencapaian peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan IPO didorong, antara lain, oleh program dan kebijakan bursa dalam memberikan sosialisasi kepada calon perusahaan tercatat secara masif ke seluruh penjuru Indonesia.
Sepanjang tahun 2021, bursa telah melakukan 472 one-on-one meeting dengan 363 perusahaan dan 75 workshop go public di seluruh Indonesia. Khusus perusahaan rintisan atau startup, BEI melalui IDX Incubator aktif bertemu dengan centaur, unicorn, maupun decacorn dalam kegiatan one on one meeting maupun dalam workshop mengenai go public.
Selain itu, BEI juga aktif bertemu venture capital (VC) dan turut hadir pada kegiatan yang diselenggarakan oleh VC untuk menjembatani calon perusahaan tercatat, khususnya startup potensial, agar mendapatkan pendanaan sebagai dana talangan atau bridging fund sebelum melakukan proses IPO.
Guna memudahkan calon perusahaan tercatat, bursa juga telah menyediakan platform e-registration yang memudahkan proses penyampaian dokumen sehingga lebih efisien. BEI juga senantiasa adaptif dengan melakukan pembaharuan Peraturan Bursa Nomor I-A guna merespons perkembangan bisnis yang sangat dinamis.
Kualitas perusahaan
Peraturan Bursa Nomor I-A yang telah terbit pada akhir tahun lalu memberikan opsi kriteria pencatatan di papan pengembangan dan papan utama yang lebih luas sehingga diharapkan dapat mengakomodasi seluruh karakteristik perusahaan dengan tetap memperhatikan kualitas perusahaan tercatat.
Pada April 2022, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk resmi melantai di BEI sekaligus menjadi emiten decacorn atau perusahaan rintisan yang memiliki valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS pertama di bursa Asia. Pencatatan perdana saham GoTo menjadi tonggak pencapaian penting bagi perjalanan industri pasar modal setelah pada Agustus 2021 lalu PT Bukalapak.com Tbk yang berstatus unicorn atau startup dengan valuasi di atas 1 miliar dolar AS terlebih dahulu mencatatkan sahamnya di bursa.
Perusahaan karya anak bangsa dengan ekosistem digital terbesar di Indonesia itu melepas sebanyak 40,62 miliar lembar saham dengan harga IPO Rp338 per saham dan berhasil menghimpun dana segar dari masyarakat mencapai Rp13,73 triliun. Saat pencatatan perdana saham, kapitalisasi pasar GoTo bahkan mencapai lebih dari Rp400 triliun, meski saat ini telah turun menjadi sekitar Rp300 triliun.
GoTo menjadi perusahaan rintisan digital pertama yang tercatat di papan utama BEI. Selain itu dengan dukungan OJK dan pemerintah, GoTo juga menjadi perusahaan tercatat pertama yang menerapkan struktur permodalan dengan hak suara multipel atau multiple voting share.
Hak multipel memberikan hak suara yang lebih besar kepada para pendiri atau founder dibandingkan dengan hak suara yang dimiliki oleh pemegang saham biasa sehingga kebijakan strategis perusahaan sesuai dengan misi dan visi dari para pendirinya.
Teranyar, BEI berencana akan merilis papan ekonomi baru atau new economy yaitu papan untuk mengakomodasi perusahaan yang memiliki model bisnis baru yang berkaitan erat dengan teknologi. Papan new economy akan sejajar dengan papan utama. Perusahaan yang ada dalam papan tersebut wajib mengadopsi teknologi sebagai dasar bisnis dengan pemanfaatan yang luas.
Perusahaan new economy merupakan perusahaan yang fokus pada pertumbuhan pendapatan meskipun tidak mencetak laba. Dengan demikian, investor juga diharapkan paham bahwa perusahaan ekonomi baru sifatnya investasi jangka panjang sehingga belum bisa memberikan dividen.
Saat ini bursa dalam tahap pengembangan peraturan dan sistem untuk penerapan papan new economy tersebut yang ditargetkan rampung pada semester dua tahun ini. Melalui kehadiran papan ekonomi baru tersebut, diharapkan akan menjadi katalis bagi perusahaan startup untuk dapat melakukan IPO dan mencatatkan sahamnya di bursa sehingga dapat mendukung pertumbuhan perusahaan dan perkembangan pasar modal Indonesia ke depan. ***1***
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022