Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia berusaha untuk stabil pada perdagangan Selasa, setelah beberapa hari bergerak liar di mana sebagian besar aset, kecuali dolar, jatuh, dengan greenback sedikit melemah dan saham datar.

Indeks MSCI dari saham Asia di luar Jepang melemah 0,3 persen, penurunan terkecil dalam lima sesi berturut-turut, sekalipun indeks bisa mencapai terendah dua tahun lainnya. Indeks Nikkei Jepang berakhir naik 0,5 persen.

Indeks saham Hang Seng Hong Kong sedikit melemah 0,2 persen, indeks saham-saham unggulan China terangkat 1,4 persen, Indeks KOSPI Korea Selatan menguat 0,1 persen dan Indeks ASX 200 saham Australia terdongkrak 0,4 persen.

Sterling, yang jatuh ke rekor terendah 1,0327 dolar pada Senin (26/9/2022), pulih ke 1,0772 dolar. S&P 500 berjangka naik 0,7 persen dan indeks berjangka Eropa terangkat 0,6 persen.

Para analis meragukan prospek penurunan indeks MSCI ke terendah dua tahun, karena pasar - yang sudah gelisah dengan prospek suku bunga AS yang tetap lebih tinggi dan lebih lama - telah terkesima oleh pergolakan aset Inggris dalam menanggapi rencana pengeluaran pemerintah.

Baca juga: Dolar AS melonjak, saham terpuruk setelah Fed naikkan suku bunga

Inggris merencanakan pemotongan pajak di atas subsidi energi yang besar, dan kurangnya kepercayaan pada strategi dan pendanaannya memukul emas dan pound pada Jumat (23/9/2022) dan lagi pada Senin (26/9/2022).

Imbal hasil pada obligasi lima tahun naik 100 basis poin yang menakjubkan dalam dua hari perdagangan.

"(Ini) pasti sesuatu yang sedang berlangsung ... mungkin kita hanya pada tahap awal tertentu untuk melihat bagaimana pasar mencerna informasi semacam itu," kata Yuting Shao, Ahli Strategi Makro State Street Global Markets.

"Tentu saja rencana pemotongan pajak itu sendiri sebenarnya ditujukan untuk merangsang pertumbuhan, mengurangi beban rumah tangga, tetapi itu menimbulkan pertanyaan apa implikasinya terhadap kebijakan moneter."

Setelah pound jatuh, Bank Sentral Inggris (BOE) mengatakan tidak akan ragu untuk mengubah suku bunga dan memantau pasar "sangat cermat".

Kepala Ekonom BOE Huw Pill akan berbicara di panel pada pukul 11.00 GMT dan kemungkinan akan ditekan untuk rincian lebih lanjut.

Limpahan dari Inggris membuat aset-aset lain gelisah.

Penjualan obligasi di Jepang mendorong imbal hasil hingga batas atas Bank Sentral Jepang (BOJ) dan mendorong lebih banyak pembelian tidak terjadwal dari bank sentral sebagai tanggapan.

Wall Street jatuh lebih dalam ke pasar bearish pada Senin, imbal hasil acuan obligasi pemerintah 10-tahun naik lebih dari 20 basis poin ke level tertinggi 12-tahun di 3,933 persen dan dolar dalam penawaran beli.

Baca juga: Wall Street dibuka beragam, Indeks Nasdaq naik

"Mungkin ada penurunan lain karena tanda-tanda klasik kapitulasi pasar, seperti Indeks VIX yang mencapai level kunci 40, belum terjadi meskipun kami semakin dekat," kata Kepala Strategi Invesco, Kristina Hooper.

VIX, yang dikenal sebagai "pengukur ketakutan" Wall Street, mencapai level tertinggi tiga bulan di 32,88 pada Senin (26/9/2022).

Investor mengawasi pidato pejabat bank sentral minggu ini, dengan Charles Evans dari Fed berbicara pada pukul 07.30 GMT pada Selasa.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya pada Selasa turun 0,2 persen menjadi 113,71, setelah sebelumnya menyentuh 114,58, terkuat sejak Mei 2002.

Mata uang tunggal Eropa naik 0,3 persen hari ini di 0,9636 dolar setelah mencapai level terendah 20 tahun sehari yang lalu.

Harga minyak dan emas menahan kerugian. Emas, yang mencapai level terendah 2,5 tahun pada Senin (26/9/2022), naik 0,6 persen menjadi 1.631 dolar AS per ounce. Minyak sedikit terangkat dari level terendah sejak Januari. Minyak mentah AS naik 0,8 persen menjadi 77,35 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik menjadi 84,8 dolar AS per barel.

Bitcoin menembus di atas 20.000 dolar AS pada Selasa untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar satu minggu, karena mata uang kripto melambung, bersama dengan aset sensitif risiko lainnya.

Baca juga: Bitcoin jatuh di bawah 19.000 dolar tertekan risiko naiknya suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022