Jakarta (ANTARA) - Sederet sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia mengubah konflik "lokal" antara Rusia dan Ukraina menjadi "perang ekonomi global," demikian disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Hongaria Viktor Orban di Budapest pada Senin (26/9).

Semakin banyak negara di seluruh dunia menjadi "korban" akibat konflik di Ukraina, kata Orban pada pembukaan sidang musim gugur parlemen negara itu.

Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) memasok senjata dan uang ke Ukraina, tetapi cadangan material dan pasukan Rusia "tidak ada habisnya."

Menurut Orban, para "birokrat UE" berjanji bahwa sanksi-sanksi tersebut akan merugikan Rusia dan mengakhiri konflik, tetapi keduanya tidak terjadi.

"Masyarakat Eropa menjadi semakin miskin (akibat sanksi-sanksi tersebut), sementara Rusia tetap tidak bertekuk lutut," ujarnya. "Senjata ini menjadi bumerang. Dengan sanksi-sanksi tersebut, Eropa merugikan dirinya sendiri."

Orban juga mengatakan bahwa banyak keluarga di seluruh Eropa harus "menanggung biaya" penjatuhan sanksi-sanksi tersebut dalam tagihan energi mereka.

Dia mengatakan bahwa melalui inflasi dan kenaikan harga, negara-negara Eropa sekarang harus membayar "biaya tambahan sanksi."

Selain itu, Orban juga mengatakan dirinya yakin bahwa jika sanksi-sanksi itu dicabut, harga-harga akan turun dengan sangat cepat. "Mari bicara apa adanya. Jika kita mencabut sanksi-sanksi itu, harga-harga akan langsung turun separuhnya, dan inflasi juga setidaknya akan berkurang setengahnya."

Dia mengatakan dirinya sangat yakin bahwa tanpa sanksi-sanksi itu, ekonomi Eropa juga akan "mendapatkan kekuatan" dan terhindar dari "resesi yang mengancam."

"Kami menuntut gencatan senjata sesegera mungkin dan pembicaraan damai alih-alih memperpanjang dan memperdalam" konflik itu, tuturnya, seraya mengatakan bahwa prioritas Hongaria adalah untuk menjaga keamanan serta kedaulatan nasional dan ekonominya.


Pewarta: Xinhua
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022