Ini sangat masuk akal karena kita setiap detik bernafas, kita tidak bisa memilih udara apa yang kita hirup ketika bernapas,

Jakarta (ANTARA) - Guru besar Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof Budi Haryanto mengatakan 60 persen penyakit tidak menular (PTM) seperti serangan jantung dan kanker disebabkan oleh pencemaran udara.

“Data dari publikasi ilmiah daring Our World, jumlah kematian terbanyak di dunia seperti jantung, kanker dan penyakit pernapasan, itu kontribusi dari pencemaran udara,” ucapnya dalam seminar Lokakarya Hari Kesehatan Lingkungan Sedunia, yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Menurut dia, penyebab kematian karena polusi udara adalah dari emisi kendaraan bermotor dan aktifitas manusia di luar ruangan.

“Ini sangat masuk akal karena kita setiap detik bernafas, kita tidak bisa memilih udara apa yang kita hirup ketika bernapas. Sehingga apa yang kita masukkan ke dalam paru-paru kita itu tidak bisa kita hindarkan. Sehingga timbul masalah kesehatan efek dari pencemaran udara,” ucapnya.

Ia memberikan contoh polusi udara yang ada yaitu karbon monoksida, ozon, sulfur, hidrogen dioksida, merkuri dan logam berat.

Akibat sering terpapar partikel tersebut bisa menyebabkan kematian dini, kanker paru, memperparah penyakit paru kronis dan kelahiran prematur bagi ibu hamil.

Budi menyampaikan dua cara pengendalian polusi udara yang bisa dilakukan yaitu menghilangkan sumber polusi dan memproteksi manusianya dari paparan partikel polusi.

“Kalau sumbernya bisa mengurangi kendaraan bermotor dengan bensin ke kendaraan listrik, melakukan manajemen transportasi darat untuk mengurangi emisi, dan menambah jumlah stasiun pemantauan kualitas udara,” ucap Budi.

Ia menyarankan jika ingin berkegiatan di luar ruangan, luangkan waktu untuk melihat ramalan cuaca dan lihat tingkat polusi udaranya. Selain itu memakai masker ketika beraktivitas di wilayah polusi berat dan langsung mandi ketika pulang ke rumah.
“Hidup sehat juga bisa meningkatkan antioksidan supaya imun lebih kuat,” tutupnya.

Baca juga: DKI targetkan penurunan 41 persen polutan PM2,5 pada 2030
Baca juga: Kemenkes: Pasien PTM meningkat akibat gaya hidup sedentari

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022