Jakarta (ANTARA News) - Para menteri perdagangan forum kerja sama Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) kembali menggelar pertemuan di Kota Kazan, Rusia, pada 4-5 Juni 2012.
Menurut Kementerian Perdagangan, delegasi Indonesia dalam pertemuan itu akan dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi.
Pertemuan para menteri itu telah didahului dengan serangkaian pertemuan di tingkat working group sejak 20 Mei 2012 yang selanjutnya dirangkum dalam pertemuan Committee on Trade and Investment dan Economic Committee untuk dilaporkan kepada Senior Official Meeting.
Dengan tema Innovate to Grow, Integrate to Prosper, para menteri perdagangan akan membahas beberapa isu strategis guna terus mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di kawasan ini.
Isu dimaksud antara lain adalah dukungan terhadap WTO, integrasi ekonomi regional, pengembangan konektivitas dan inovasi, penyederhanaan regulasi, serta pertumbuhan yang berkelanjutan atau sustainable growth.
“Di tengah situasi perekonomian dunia yang kurang menggembirakan ini, APEC akan menghadapi ujian apakah kerj asama di antara 21 ekonomi Asia-Pasifik ini kredibel di mata para pemangku kepentingannya dan dapat mengambil peran kunci untuk mempertahankan tingkat perdagangan regional pada saat pasar dunia terus mengalami kontraksi,” ungkap Wamendag.
Seperti pada pertemuan serupa sebelumnya, Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO), Pascal Lamy, akan hadir dan berdiskusi dengan para Menteri APEC mengenai perkembangan ekonomi dan perdagangan terakhir.
Meskipun telah dimaklumi bahwa Perundingan Putaran Doha belum dapat diselesaikan dalam waktu dekat ini, sekurangnya para Menteri dan Dirjen WTO akan membahas pelaksanaan komitmen anggota WTO untuk tidak menerapkan kebijakan proteksionis terutama di saat dunia menghadapi kemungkinan krisis ekonomi sebagai dampak krisis utang di zona Euro.
Isu lain yang akan menjadi perhatian para Menteri APEC adalah fasilitasi perdagangan dan investasi, ketahanan pangan dan energi dari aspek perdagangan dan investasi, reformasi struktural (termasuk reformasi peraturan), dan pertumbuhan berbasis inovasi yang bertumpu pada pengembangan sumber daya manusia.
“Sukses APEC selama ini terutama adalah dalam hal fasilitasi perdagangan dan investasi, sementara program liberalisasi lebih bersifat voluntary dan tidak mengikat secara hukum sesuai dengan prinsip dasar APEC itu sendiri. Oleh karena itu, pembahasan mengenai daftar ‘environmental goods’ untuk diliberalisasikan tarifnya menjadi maksimum 5% pada 2015 sesuai arahan para Pemimpin APEC di Honolulu tahun lalu, dan tetap akan ditempatkan dalam kerangka ‘voluntarisme’ APEC,” kata Bayu Krisnamurthi.
Lebih lanjut, Wamendag mengatakan bahwa Indonesia harus dapat memetik manfaat dari kerja sama APEC ini terutama dari aspek fasilitasi dan proses pembelajaran international best practices. Tahun 2011, ekspor Indonesia ke ekonomi-ekonomi APEC mencapai USD 149,89 miliar atau 73,6% dari total ekspor Indonesia.
Adapun pertumbuhan ekspor Indonesia pada kuartal pertama tahun 2012 mencapai 6,69% (y-o-y). Sedangkan pertumbuhan ekspor Indonesia ke ekonomi-ekonomi APEC dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 sebesar 14%.
Disamping itu, sebagai forum kerja sama regional yang menganut prinsip sukarela dan mengakui adanya perbedaan tingkat pembangunan para anggotanya, APEC dapat dipandang sebagai forum mini-dialog antara Utara dan Selatan untuk saling memahami aspirasi dan tantangan berbeda yang dihadapi oleh para anggotanya.
Dalam konteks ini, Wamendag menggarisbawahi bahwa program kerja sama ekonomi dan teknik serta ‘capacity building’ dalam APEC perlu mendapatkan penekanan baru, lebih-lebih di tengah ancaman krisis keuangan dunia saat ini yang menuntut APEC untuk dapat berperan mengimbanginya.
(*)
Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012