Banda Aceh (ANTARA News) - Presiden Bank Dunia
(World Bank/WB), Paul Wolfowitz, mengatakan, bencana alam tsunami tidak dapat merusak keyakinan masyarakat Aceh dalam beragama, dan Islam merupakan kekuatan yang penting untuk bangkit.
"Gelombang tsunami memang telah menghancurkan banyak hal, akan tetapi tidak dapat menghancurkan rasa kemasyarakatan dan solidaritas antara masyarakat Aceh," katanya di Banda Aceh, Kamis malam.
Hal itu disampaikan Paul Wolfowitz setelah beberapa saat menerima penghargaan berupa seperangkat pakaian adat Aceh dari Penjabat Gubernur Aceh Mustafa Abubakar di pendopo gubernuran yang disaksikan tokoh adat setempat.
Paul Wolfowitz saat memberikan kata sambutan dan makan malam bersama mengenakan pakaian adat Aceh. Wolfowitz kelihatan akrab dengan pakaian adat yang diberikan Gubernur Aceh, Mustafa Abubakar.
Biasanya, kata Wolfowitz, sebuah krisis, seperti gempa bumi dan tsunami diikuti penyebaran penyakit, kelaparan atau bahkan kekerasan dan kericuhan. Namun, mantan Dubes AS untuk Indonesia itu menilai, hal tersebut tidak terjadi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Akan tetapi, ia pun mengemukakan, alasan utama krisis kemanusiaan dapat dihindari setelah tsunami bukanlah karena peran pemerintah atau para donor, melainkan kekuatan dan kemurahan hari penduduk Aceh sendiri.
Di tengah-tengah kerusakan yang terjadi, ada simbol harapan yang luar biasa. Banyak masjid dan tempat ibadah yang masih berdiri tegak. Ini merupakan simbol kuatnya semangat masyarakat Aceh yang tidak dapat diterjang gelombang tsunami.
Selain semangat kemasyarakatan dan solidaritas itu, tambah Wolfowitz, tentu dibutuhkan dana yang sangat besar untuk membangun kembali daerah "Serambi Mekkah", termasuk kepulauan Nias di Sumatera Utara (Sumut).
Dia mengatakan, sebelum tsunami pun, meski memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, Aceh termasuk daerah yang paling miskin di Indonesia. Nias yang terisolasi juga tidak luput dari kemiskinan, ujarnya.
Untuk menggantikan yang telah hilang atau rusak akibat bencana alam tsunami akhir tahun 2004, memerlukan dana sekitar Rp60 triliun. Untuk mengangkat Aceh dan Nias sejajar dengan daerah lain Indonesia diperlukan tambahan dana Rp25 triliun.
Pemerintah berbagai negara, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat dan jutaan individu di seluruh dunia menjanjikan lebih dari Rp80 triliun untuk rekonstruksi Aceh dan Nias, melebihi apa yang mereka berikan dalam tahap bantuan kemanusiaan, ujarnya.
Sementara itu, Mustafa Abubakar menyampaikan terima kasih masyarakat Aceh kepada Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitz dan masyarakat dunia yang telah membantu meringankan beban masyarakat Aceh.
Paul Wolfowitz dan rombongan menyaksikan kesenian Aceh modifikasi baru setelah makan malam bersama yang dihadiri Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias Kuntoro Mangkusubroto dan pejabat setempat. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006