Jakarta (ANTARA News) - Sekelompok mahasiswa Papua berencana akan memasuki gedung Kedubes Australia di kawasan Kuningan Jakarta Selatan untuk mencari suaka politik dan menarik perhatian masyarakat akan tuntutan pemisahan Papua dari Indonesia. The Australian Broadcasting Corporation (ABC) yang mengutip pernyataan seorang jurubicara gerakan mahasiswa Papua Barat, Kamis, mengatakan para mahasiswa itu akan mengambil risiko apa pun dalam melaksanakan rencananya itu, termasuk kemungkinan melompati pagar gedung Kedubes. Media yang sebagian anggaran operasionalnya berasal dari Pemerintah Federal Australia itu juga menyinggung soal rencana kepergian sejumlah anggota Komisi-I DPR-RI ke Canberra. ABC juga menyebutkan 16 tokoh Australia yang mendukung upaya gerakan separatis Papua Barat, dan daftar nama mereka kini berada di tangan anggota DPR-RI. Dalam daftar itu, tersebut antara lain Senator Bob Brown dan Kerry Nettle (Partai Hijau Australia), Senator Andrew Barlett dan Natasha Stott Despoja (Demokrat), Duncan Kerr (Partai Buruh), Greg Sword (mantan presiden nasional Partai Buruh), ACTU, Universitas Sydney, Institut Teknologi Royal Melbourne (RMIT), Profesor Stuart Rees (Universitas Sydney), dan Sister Susan Conolly (Mary MacKillop Institute). Terkait dengan apa yang diberitakan ABC tentang rencana warga Papua mencari suaka politik ke Kedubes Australia di Jakarta itu, Pengamat intelijen yang juga dosen Institut Intelijen Negara (IIN), Wawan H. Purwanto, hari Rabu (5/4), telah menegaskan kebenaran rencana tersebut. Untuk itu, ia meminta aparat keamanan agar terus mewaspadai rencana sejumlah warga Papua anti Indonesia yang untuk memasuki kompleks Kedutaan Besar (Kedubes) Australia di Jakarta kendati persiapan mereka belum matang. Sasaran mereka adalah gedung Kedubes Australia, dan jumlah warga Papua yang berencana mencari suaka politik dengan memasuki kompleks kedutaan itu mencapai ratusan orang, katanya. Menurut Wawan, persiapan para warga Papua itu belum matang. Bisa jadi mereka berpikir dua kali setelah menyampaikan rencana itu dalam berbagai kesempatan, termasuk seminar dan wawancara media. "Rencana itu sudah tersusun dan ada penggalangan dana internasonal di Melbourne, Sydney dan Brisbane," katanya. Selain kelompok-kelompok pro-Papua Merdeka di Australia, kelompok yang sama di London, Inggris, pun mengumpulkan dana untuk membiayai berbagai kampanye hitam mengenai masalah Papua. Di pihak Indonesia sendiri, Wawan menilai pemerintah dan rakyat Indonesia belum secara baik melakukan perlawanan atas kampanye hitam kelompok-kelompok di Australia, Inggris dan Amerika Serikat itu. "Mereka akan terus menggalang dan tidak akan berhenti sampai tujuan mereka memisahkan Provinsi Papua dari Negara Kesatuan RI berhasil, katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006