"Melihat apa (pilihan) yang paling ideal sebenarnya berada dalam konteks masing-masing dari kita. Tempatkan di posisi kita terlebih dahulu. Kalau saya nanti suatu saat menjadi lansia, saya mau tinggal dengan siapa, dan yang merawat siapa. Pilihan itu pasti adalah keluarga. Prinsipnya, keluarga sudah menjadi pilihan utamanya, itu idealnya," kata dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI) tersebut, Sabtu.
Saat ditanya apakah kehadiran pengasuh atau caregiver profesional dapat membantu merawat ODD, hal tersebut bisa menjadi pilihan yang dapat dipertimbangkan.
"Adanya caregiver profesional tentu bisa membantu di beberapa hal, termasuk dalam konteks pendampingan di kasus (demensia) yang berat, untuk membantu menurunkan beban dari keluarga pasien. Karena, persoalan demensia bukan merupakan persoalan individu, tapi ada juga keluarga yang mengasuhnya," jelas Prof. Yuda.
Saat demensia berkembang, beberapa aspek hubungan mungkin menjadi lebih sulit, seperti kemampuan seseorang dengan demensia untuk orang-orang di sekitar mereka.
Meski demikian, tentu masih banyak elemen positif dari hubungan, seperti kasih sayang, akan tetap ada. Pengasuh dan orang-orang di sekitar penderita demensia mungkin merasa terbantu untuk berfokus pada aspek-aspek positif ini.
Namun, tentu merawat orang dengan demensia bisa menjadi hal yang menantang, bahkan membuat frustrasi. Prof. Yuda berpesan pada keluarga pasien untuk tak lupa merawat diri sendiri dan tak enggan mencari dukungan maupun bantuan ketika sudah merasa begitu lelah (burnout).
"Support system group, baik untuk penderita demensia maupun caregiver pasti membantu," kata dia.
Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia (ALZI) Michael Dirk R. Maitimoe menambahkan, asosiasi seperti ALZI memiliki kegiatan rutin bagi caregiver untuk saling berbagi cerita dan memberikan dukungan satu sama lain. Selain itu, ada pula konseling bagi mereka yang mengalami burnout.
"Selain itu, yang terpenting adalah mampu menerima dengan lapang dada. Ini sulit untuk dilakukan. Dan dengan menghadiri dan mendengarkan keluh kesah di pertemuan grup seperti itu, diharapkan caregiver akan menemukan insight pada dirinya sendiri yang akan membantunya dan membuatnya merasa bahwa mereka tidak sendiri dan mendapatkan dukungan," jelas Michael.
Baca juga: Demensia bisa jangkit anak muda, ketahui faktor risiko & pencegahannya
Baca juga: Pentingnya perawatan pascadiagnosis bagi penyandang Alzheimer
Baca juga: Hipertensi berisiko sebabkan demensia
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022