bantuan dana pemerintah itu cukup membantu walaupun belum berdasarkan strategi kebudayaan yang lebih luas

Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) Hikmat Darmawan mengatakan bidang kesenian dan kebudayaan masih belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi COVID-19, terutama bagi seni pertunjukan yang paling terdampak.

“Pulih sepenuhnya jelas belum. Di samping tidak adanya pertunjukan, dampak dari tidak adanya pertunjukan dampak ekonominya kan panjang, ya,” kata Hikmat kepada ANTARA melalui sambungan telepon, Jakarta, Jumat.

Menurutnya, saat ini bidang kesenian baru terlihat harapan untuk pulih sepenuhnya. Walau dalam beberapa hal, kata Hikmat, kini para seniman sudah kembali membangun energi untuk bisa membuat pertunjukan di tengah landainya pandemi.

“Seni pertunjukan produksinya menurun (selama pandemi), jelas. Sekarang menggeliat lagi, tapi masih struggle,” ujarnya.

Baca juga: Pandemi diharapkan jadi momentum perbaiki infrastruktur industri film
Baca juga: Seniman Bekasi ramaikan Lebaran Yatim setelah 2 tahun dibatasi pandemi

Di antara jenis kesenian, menurut Hikmat, seni pertunjukan yang paling terpukul akibat pandemi seperti teater, musik, dan tari yang pada dasarnya membutuhkan penonton untuk hadir secara langsung.

“Seni pertunjukan, dia yang langsung terasa. Bagaimana orang mempertunjukkan sesuatu tanpa penonton ‘hidup’, itu tantangan betul. Dan bagaimana senimannya bisa hidup kalau penghidupannya itu ditiadakan,” katanya.

Ada dua alternatif untuk mengatasi situasi pandemi, kata Hikmat. Sebagian seniman ada yang memutuskan untuk mempertahankan sifat liveness dari pertunjukan sehingga memilih untuk tidak tampil dulu selama pandemi, serta sebagian lain menyiasatinya dengan alihwahana melalui medium kamera yang kemudian disiarkan melalui berbagai kanal daring seperti YouTube.

“Kalau pertunjukan kan penonton datang, membeli tiket, duduk di kursi, lampu padam, terjadi peristiwa keseniannya. Kalau di YouTube atau di medsos, bagaimana skema uangnya. Musik sama tari misalnya mengembangkan sistem seperti donasi atau kawan-kawan dari komite tari bersama sanggar-sanggar menginisiasi saweran online, tidak terlalu berhasil mungkin, tetapi ini alternatif menarik,” katanya.

Kesenian lain seperti film pun juga terdampak saat pandemi. Hikmat mengatakan para kru menjadi yang paling terpukul di bidang produksi film, sementara para kreator sementara waktu bisa mundur untuk fokus ke pra-produksi dan post-produksi.

Baca juga: DKJ harap konser fisik dan daring bisa beriringan di pemulihan pandemi
Baca juga: Menjaga asa berkarya di tengah pandemi

Walau menghadapi tantangan untuk bertahan, Hikmat mengatakan dunia kesenian juga melihat adanya peluang dari kemudahan platform internet yang dapat membantu keberlangsungan seni, seperti yang juga terjadi pada seni rupa dan sastra.

“Kita melihat ada struggle tapi juga ada peluang (dari adanya internet),” ujarnya.

Hikmat mengatakan pandemi membawa dampak berupa krisis ekonomi bagi kesenian.

Menurutnya, sejumlah upaya pemerintah sudah dilakukan, salah satunya dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang setidaknya membantu kesenian untuk tetap produksi.

“Bantuan dana pemerintah itu cukup membantu walaupun belum berdasarkan strategi kebudayaan yang lebih luas. Tantangannya adalah apakah ini hanya sifatnya bantuan saja atau mengganjal saja atau bisa dikembangkan menjadi strategi kebudayaan yang lebih kuat untuk menghasilkan ekonomi kebudayaan,” kata Hikmat.

Ia mengatakan bahwa secara garis besar, pandemi menunjukkan bahwa infrastruktur kesenian atau infrastruktur kebudayaan sebetulnya keropos sehingga pelajarannya adalah memperkuat fondasi dan bangunan dari infrastruktur seni budaya.

Baca juga: Budayawan usulkan Pesta Kesenian Bali tetap digelar di tengah pandemi
Baca juga: Anggota DKJ harapkan musisi jadikan pandemi inspirasi bermusik

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022