artinya anak sampai tuntas (bisa melakukannya)
Jakarta (ANTARA) - Kurikulum Merdeka Belajar bagi anak berkebutuhan khusus, menekankan pembelajaran sampai bisa, bukan hanya sekadar mengetahui, melalui peningkatan jam pelajaran praktik.
"Misalnya teori tentang menari, itu kan harus ada praktik langsung. Dan sifatnya tuntas, artinya anak sampai tuntas (bisa melakukannya), bukan hanya sampai lewat (sekadar tahu) saja," kata Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri 4 Jakarta Sukimin saat dihubungi di Jakarta Utara, Jumat.
Selain itu, materi pembelajaran praktik disesuaikan dengan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Ini juga sangat bagus menurut Sukimin, karena langsung dipraktikkan.
"Ada jam khusus untuk program Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Ini yang sangat bagus untuk anak-anak kita, karena harus melakukan (penghayatan dan pengamalan Pancasila) secara langsung ke alam lingkungan sekitar," kata Sukimin.
Setiap tiga bulan, satu program itu diajarkan sampai tuntas. Kemudian di akhir tiga bulan itu, harus ada pameran produk atau pentas untuk mempraktikkan apa yang dipelajari ke hadapan khalayak.
"Bisa berupa pentas seni atau pentas di panggung atau apa (yang lain). Tapi intinya menceritakan, memperagakan apa yang dilakukan dengan tiga bulan itu. Dan itu setiap tiga bulan sekali akan seperti itu. Artinya selama setahun itu, kami bisa jadi empat kali pentas begitu, sangat bagus ini," kata Sukimin.
Menurut Sukimin, anak berkebutuhan khusus memang membutuhkan kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat langsung daripada sekadar belajar teori. Karena mereka memiliki energi atau kekuatan fisik yang bagus untuk mempraktikkan pelajaran daripada sekadar mengingatnya.
Baca juga: SLBN 4 Jakarta terapkan Kurikulum Merdeka Belajar untuk sebagian kelas
Baca juga: Nadiem dorong Pancasila lebih membumi lewat Kurikulum Merdeka
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022