Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuntaskan pembangunan saringan sampah di Kali Ciliwung pada Segmen TB Simatupang di perbatasan Pasar Rebo (Jakarta Timur) dengan Jagakarsa
Saringan sampah di lokasi tersebut berdaya tampung sekitar 222 meter kubik (m3) per hari. Fasilitas itu untuk pengendalian banjir akibat meluapnya Kali Ciliwung.
"Selama ini terjadi penekanan volume sampah yang terkonsentrasi hanya pada satu titik penanganan di Pintu Air Manggarai dan Kali Ciliwung Jembatan Kampung Melayu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto di Jakarta, Jumat
Proyek saringan dan penanganan sampah di Kali Ciliwung Segmen TB Simatupang itu dibangun dengan dua ponton terapung dan satu bangunan segmen untuk penanganan berlapis, yakni penyaringan dan pencacahan sampah.
Sistem kerja saringan tersebut, yakni ponton terapung yang diterapkan di lokasi saringan berfungsi untuk mengarahkan sampah ke segmen sungai sehingga dapat menghindari tumpukan akibat sampah yang tertahan di badan air.
Saringan dilakukan secara berlapis sehingga pengambilan sampah dari Kali Ciliwung dapat dilakukan secara berjenjang, dari saringan kasar sampai ke saringan lebih halus.
Baca juga: Pemprov DKI targetkan saringan sampah Ciliwung selesai Desember
Proses penyaringan sampah dibagi dalam dua tahap penyaringan dan dua tahap pencacahan sampah organik.
Saringan tahap pertama berfungsi untuk sampah-sampah ukuran di atas 50 sentimeter (cm), mengangkat dari badan air, menempatkannya di jalur khusus (conveyor)
untuk dihancurkan menjadi ukuran lebih kecil, yakni 5 cm-20 cm.
Kemudian, saringan tahap kedua, berfungsi menangkap sampah-sampah ukuran di atas 20 cm, mengangkat dari badan air, menempatkannya di "conveyor" dan kemudian dibawa ke mesin penghancur atau untuk dihancurkan menjadi ukuran sekitar 3-5 cm.
Selanjutnya pada tahap pencacahan pertama berfungsi untuk mencacah sampah berukuran besar di antaranya kayu, bambu, kasur, bekas bangunan, pertanian dan lain-lain menjadi ukuran 10-20 cm.
Fasilitas saringan itu juga berfungsi untuk memisahkan sampah halus dan sampah kasar sebelum sampah dimasukkan ke pencacah tahap dua.
Pada tahap pencacah kedua, sampah berukuran besar di antaranya kayu, bambu, kasur, bekas bangunan, pertanian dan lain-lain dicacah menjadi ukuran 3-5 cm.
Baca juga: Dinas LH DKI siagakan 8.945 petugas tangani sampah musim hujan
Dengan fasilitas itu, tumpukan sampah yang biasanya tersendat di Manggarai dan Kampung Melayu ditargetkan dapat diurai.
Selama ini, tumpukan sampah berkontribusi menyebabkan luapan air sungai sehingga menimbulkan banjir terutama saat musim hujan akibat sampah kiriman dari hulu Kali Ciliwung.
Dengan begitu diharapkan mengurangi beban penanganan sampah kiriman di Pintu Air Manggarai yang juga memiliki ruang terbatas sehingga menyulitkan penambahan alat berat untuk percepatan penanganan sampah di badan Sungai Ciliwung.
Berdasarkan data pada laman Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Jakarta, proyek itu merupakan paket pembangunan sistem pengambilan dan "treatment":sampah badan air rekayasa sungai pada Kali Ciliwung Segmen TB Simatupang.
Proyek fasilitas itu memiliki nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) paket sebesar Rp197,1 miliar yang dialokasikan dari APBD DKI 2022.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022