Jakarta (ANTARA) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) berkolaborasi dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk mengembangkan potensi kesenian dengan memanfaatkan teknologi blockchain dan dunia metaverse sebagai salah satu opsi baru untuk memberdayakan ekonomi kreatif di dunia virtual.
"Selain menyediakan blockchain platform dan metaverse, kami juga melakukan sinergi kolaboratif dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan kompetensi digital bagi mahasiswa serta dosen melalui program kuliah umum, workshop, kerja praktik industri, dan internship di lingkungan Telkom,” kata GM Witel (Wilayah Usaha Telekomunikasi) Telkom Yogyakarta Agus Faisal dalam siaran persnya, Kamis.
Menjawab tantangan transformasi digital, Telkom melalui divisi Digital Business and Technology (DBT) telah menciptakan berbagai inovasi yang melahirkan beragam produk digital di bawah payung Leap-Telkom Digital.
Sebagai contoh seperti pengembangan blockchain platform dan dunia metaverse ini didukung oleh Anton Wahyu Pramono yang menjabat sebagai SM Emerging Technology Platform Telkom.
Lalu ada juga ruang untuk para kreator seni 2D dan 3D yang dipimpin oleh Chapter Leader Design and Enterprise Telkom Aris Bachtiar.
Dalam kolaborasi Telkom dan ISI Yogyakarta diharapkan sinergi bisa tercipta menghadirkan talenta digital dengan kapabilitas menjadi kreator konten 2D dan 3D yang unggul.
Tujuan dari kerjasama itu dinilai Agus untuk bersama-sama mengeksplorasi proof of concept and market blockchain platform dan metaverse sebagai media untuk pemberdayaan ekonomi kreatif, khususnya komunitas seniman atau kreator di lingkungan ISI.
Sementara itu Pembantu Rektor I ISI Stepanus Hanggar Budi Prasetya mengharapkan kolaborasi kedua pihak tersebut dapat memperluas wacana seni dalam dunia digital untuk masa depan.
Termasuk memberikan ruang bagi talenta dan potensi mahasiswa dalam seni dengan berkarya melalui media digital dan ruang siber, serta pengembangan platform seni berbasis teknologi informasi.
“Kerja sama ini menjadi pilot project ISI dan Telkom untuk pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia seni. Bagaimana seni melakukan adaptasi, inovasi, dan bersinergi dengan teknologi serta menjadi bagian dari perubahan dalam cara mempresentasikan dan menghadirkan karya seni yang mengikuti perkembangan teknologi,” kata Stepanus.
Baca juga: BATIC 2022 angkat potensi Indo-Pasifik sebagai hub digital dunia
Baca juga: Telin perkuat ekosistem digital dan konektivitas wilayah melalui BATIC
Baca juga: Telkom siapkan jaringan berlapis hadapi gangguan Internet saat KTT G20
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022