Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Kamis, setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga secara signifikan untuk mengekang inflasi, dengan kekhawatiran ekonomi global membayangi permintaan bahan bakar di masa depan.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 89,67 dolar AS per barel pada pukul 00.13 GMT, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh15 sen menjadi diperdagangkan di 82,79 dolar AS per barel.
The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Rabu (21/9/2022) sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya, ke kisaran 3,00-3,25 persen, dan mengisyaratkan kenaikan yang lebih besar akan datang.
Aset-aset berisiko seperti saham jatuh di tengah berita tersebut bersama dengan minyak, sementara dolar naik ke level tertinggi 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya, membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli yang tidak menggunakan greenback.
Sementara itu permintaan bensin AS selama empat minggu terakhir turun menjadi 8,5 juta barel per hari (bph), terendah sejak Februari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Rabu (21/9/2022).
Di tempat lain, Jerman menasionalisasi importir gas Uniper pada Rabu (21/9/2022) dan Inggris mengatakan akan mengurangi separuh tagihan energi untuk bisnis dalam menanggapi krisis pasokan yang semakin dalam yang telah mengekspos ketergantungan Eropa pada bahan bakar Rusia.
Baca juga: Minyak jatuh karena ketakutan resesi, kekhawatir pasokan batasi rugi
Baca juga: Minyak perpanjang kerugian di Asia di tengah kekhawatiran resesi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022