Barcelona (ANTARA News) - Frank Rijkaard, pelatih Barcelona di Spanyol, mengatakan bahwa timnya akan menghadapi tugas berat saat bertemu bekas klubnya, AC Milan di Italia, dalam semifinal Liga Champions menyusul kemenangan 2-0 atas Benfica (Portugal) pada pertandingan perempat-final kedua di Nou Camp, Kamis dinihari WIB."Saya kira pertandingan akan berlangsung menarik menghadapi tim tangguh," kata pelatih asal Belanda yang bersama dua rekannya dari Belanda, Ruud Gullit dan Marco van Basten, pernah berjasa mengantar AC Milan meraih dua gelar juara Eropa itu."Dalam beberapa tahun belakangan ini, AC Milan tampil dengan tingkat permainan kelas atas, dan mereka juga punya pemain yang tangguh," katanya.Namun, Rijkaard menolak anggapan bahwa pertandingan menghadapi AC Milan tersebut mempunyai arti tersendiri, karena ia tidak hanya harus menghadapi bekas klub yang pernah dibelanya itu dan juga mantan rekan satu timnya, Carlo Ancelotti. "Bagi saya pribadi, tidak ada yang istimewa, karena saya sudah pernah menghadapi AC Milan, baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih. Yang jelas, pertandingan antara dua tim kuat akan berlangsung ketat," katanya.Menurut Rijkaard, ketegangan di perempat-final Liga Champions ikut memberikan kontribusi atas peningkatan penampilan timnya saat berhadapan dengan Benfica di Nou Camp yang disaksikan sekitar 95.000 penonton."Benfica punya reputasi sebagai tim yang tampil bagus bila bermain di kandang lawan dan mereka menciptakan banyak peluang yang berbahaya. Jadi, ketegangan yang terjadi dapat dimengerti," kata Rijkaard."Bila keunggulan masih 1-0, kami belum bisa tenang. Kami bermain bagus pada babak pertama, tapi kami agak tegang pada babak kedua. Meski kami sudah unggul, tapi situasi bisa berubah setiap saat. Saya akhirnya lega setelah kami bisa mencetak gol kedua karena membuat kami bisa lebih tenang," katanya.Barcelona dalam pertandingan itu sempat membuang peluang untuk mencetak gol lebih awal, ketika Ronaldinho gagal melakukan tendangan penalti manakala pertandingan baru berlangsung lima menit.Tapi, pemain asal Brazil itu kemudian membayar kegagalannya itu dengan mencetak gol pertama bagi Barcelona pada menit ke-19. Benfica kala itu hanya membutuhkan satu gol saja untuk lolos babak berikutnya, sehingga Barcelona belum bisa merasa tenang dan belum bisa memastikan diri ke semifinal sampai Samuel Eto`o akhirnya mencetak gol kedua ketika pertandingan tersisa dua menit lagi.Ronald Koeman, pelatih Benfica yang berkewarganegaraan Belanda layaknya Rijkaard, mengakui bahwa timnya juga sangat menderita dengan ketegangan yang mereka alami."Kami mendapatkan kesulitan untuk menemukan irama permainan di awal pertandingan, tapi kami juga merasa gugup. Rasa gugup itu berangsur hilang setelah pertandingan berlangsung, dan kami juga mendapatkan beberapa peluang mencetak gol," katanya. Mantan pemain Barcelona itu mengecam wasit, karena banyak keputusan yang lebih menguntungkan tuan rumah. "Barca (Barcelona) memang tangguh di dua pertandingan yang telah diikuti, tapi keputusan pelatih ikut mempengaruhi permainan kami. Sangat sulit untuk menaklukkan Barcelona, tapi akan menjadi lebih sulit lagi jika wasit juga merugikan anda," katanya. Koeman yang pernah menjadi salah satu pemain termahal dunia pada era 1980-an itu menimpali, "Pada babak pertama, wasit tidak meniup peluit dan tidak memberikan penalti ketika tangan pemain Barcelona menyentuh bola di dalam kotak penalti, tapi justru menghukum kami dengan penalti akibat pelanggaran yang sama." Ia pun mengemukakan, "Sebenarnya terjad pelanggaran yang kurang lebih sama, tapi terlihat jelas bahwa adanya perbedaan terhadap keputusan kedua wasit." Koeman kemudian berusaha menghindar ketika ditanya pers, apakah ia akan tetap bertahan di Lisabon atau pindah ke klub lain menyusul kegagalan tersebut.Koeman belakangan ini dihubung-hubungkan dengan klub Liga Utama Inggris, Newcastle United, yang saat ini tidak punya pelatih.Ketika ditanya pendapatnya apakah Barcelona bisa mengatasi Milan pada pertandingan semifinal, Koeman menegaskan: "Tentu saja mereka bisa mengalahkan Milan." (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006