Jakarta (ANTARA) - Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan tertingginya, sebuah lonjakan yang mengancam memperburuk perlambatan pertumbuhan dan peningkatan inflasi bagi bank-bank sentral global, seperti dilansir The Wall Street Journal pada Minggu (18/9).
"Peran dolar sebagai mata uang utama yang digunakan dalam perdagangan global dan keuangan berarti fluktuasinya memiliki dampak luas," menurut laporan itu.
Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa dampak penguatan mata uang itu sedang dirasakan pada situasi kekurangan bahan bakar dan pangan di Sri Lanka, rekor inflasi di Eropa dan defisit perdagangan yang meluas di Jepang.
Pekan ini, para investor mengamati hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve dengan saksama untuk mengetahui petunjuk tentang lintasan dolar, kata laporan itu.
Bank Sentral AS tersebut pada Rabu (21/9) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sedikitnya 0,75 poin persentase untuk mengatasi inflasi, yang berpotensi memicu penguatan dolar lebih lanjut, menurut The Wall Street Journal.
Dalam tanda yang mengkhawatirkan, upaya dari para pembuat kebijakan di sejumlah ekonomi besar demi mempertahankan mata uang mereka "sebagian besar gagal dalam menghadapi kenaikan dolar yang tanpa henti ini," imbuh laporan itu.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022